Artikel Terbaru

Friday, September 11, 2020

RESPONS INFLAMASI LOKAL TERHADAP CEDERA

Secara normal, tubuh atau bagian tubuh pada saat terjadinya cedera akan memberikan suatu jawaban atau reaksi secara seketika (akut) dan secara bertahap. Respons terhadap cedera adalah tanggapan tubuh terhadap berat dan ringannya cedera yang terjadi. Cedera yang terjadi pada tubuh merupakan beban bagi tubuh. Adanya beban tersebut akan menimbulkan respons atau reaksi sistem tubuh.
Respons tubuh terhadap cedera memerlukan tolak ukur, yang dapat dikaji dari berbagai konsep. Beberapa konsep tolak ukur respons sistem tubuh terhadap cedera meliputi: musculoskeletal dan kardiovaskuler. KOnsep muskuloskeletal dan kardiovaskuler dapat ditandai dengn adanya sindrom panas (kalor), kemerahan, nyeri dan sakit, bengkak, dan disfungsi/fungsiolesi (tidak dapat dipergunakan lagi).


Respons panas, kemerahan, nyeri dan sakit ini merupakan respons yang bentuknya akut dan respons dalam bentuk bengkak dan fungsioolesi merupakan respons tubuh yang bersifat kronik. Respons akut dapat ditimbulkan seketika sampai beberapa jam pada saat begian tubuh tertentu mengalami cedera, sedangkan respons kronik ditimbulkan karena faktor berulangnya cedera atau karena waktu penyembuhan cedera yang bersangsung cukup lama.

Respons tubuh dalam bentuk panas, kemerahan, nyeri, sakit, bengkak, dan tidak berfungsinya sistem tubuh tertentu, itu merupakan kumpulan dari gejala peradangan atau inflamasi setempat. Respons inflamasi tersebut pada dasarnya secara fisiologis sebagai jawaban tubuh untuk mempertahankan homeostasis, namun bila sampai menimbulkan perubahan fungsi sistem tubuh, itu sudah meruapakan tanda patalogik.

Menakisme respons inflamasi lokal dapar diterangkan sebagai berikut:
  • Pada waktu terjadinya cedera yang disertai dengan robeknya pembuluh darah, maka darah akan keluar dan masuk ke dalam jaringan di sekitar tempat cedera. Penyebabnya ini dibantu oleh gerakan otot, gaya tarik bumi, dan selaput pembungkus otot. Keluarnya darah dari tempat terjadinya cedera, akan mengakibatkan pembengkakan awal. Respons fisiologik dari hal tersebut, kapiler-kapiler darah yang robek akan berkontriksi dengan tujuan agar darah dapat berhenti karena tertutup oleh trombosit.
  • Selain robeknya pembuluh darah, jaringan ikat di sekitar cedera memperbanyak kerusakan dengan cara memperbanyak sel-sel jaringan ikat. Pada waktu yang bersamaan dengan mekanisme tersebut, kapiler darah yang tidak rusak di sekeliling tempat cedera akan melebar, yang diduga karena jaringan yang rusak mengeluarkan histamine, sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke tempat yang cedera.
  • Akibat dari vasodilatasi ini pembuluh darah menjadi lebih mudah dilalui, sehingga lebih banyak plasma darah dan sel darah putih menembus dinding yang mudah dilalui, dan masuk ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan darah yang bebas ini disebut sebagai cairan eksudat. dengan bertambahnya eksudat tersebut, maka timbullah pembengkakan yang lebih berat lagi. Cairan eksudat bersama-sama dengan bekuan darah akan merangsang fibroblast untuk memperbanyak diru untuk membantu proses penymbuhan.
Yang paling penting, bila telah terjadi pembengkakan sangat tidak dianjurkan untuk melakukan massage, karena akan memperbesar kerusakan jaringan dan merangsang terjadinya akumulasi cairan eksudat.

Respons inflamasi ini akan semakin bersifat patologis manakala diperberat oleh faktor-faktor iringan lainnya, misalnya faktor fisis (radioaktif, air panas, cahaya matahari), kimiawi misalnya terkena zar beracun, rudapaksa/trauma, dan mikroorganisme.


Sumber: Cedera Olahraga; Hj. Dewi Laelatul Badriah; Penerbit Multazam; 2013; Bandung

No comments:

Post a Comment