Artikel Terbaru

Thursday, November 12, 2020

SISTEM OLAHRAGA SWEDIA TERHADAP PERKEMBANGAN OLAHRAGA DI INDONESIA

Perbedaan pokok Swedia dengan sistem Jerman terletak pada titik tolak kerjanya. Jika titik tolak kerja sistem Jerman adalah kemungkinan gerak, maka sistem Swedia didasarkan pada "Guna" gerak. Setiap gerak harus jelas apa gunananya bagi tubuh terutama dilihat dari segi anatomi. Latihan yang tidak jelas gunanya dibuang dan tidak layak diberikan.


Ada empat macam latihan senam manurut sistem Swedia, yaitu sebagai berikut:

  1. Senam militer dalam bentuk latihan ketangkasan dengan menggunakan alat, sehingga dapat menghadapi lawan. Tujuan latihannya diarahkan untuk membentuk keselarasaan antara senjata dan pemakainya. Bentuk-bentuk latihan yang digunakan terdiri dari anggar, senapan bersangkur, dan tombak serta alat-alat lainnya. Latihan ini sebagai dasar di sekolah-sekolah militer di dunia hingga sekarang.
  2. Senam medis dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan, penyembuhan, dan mengatasi gangguan-gangguan tubuh. Bentuk latihannya terdiri atas massage dan latihan-latihan zaman kuno.
  3. Senam padagogis adalah latihan senam yang dilakukan sendiri dengan tujuan membentuk keselarasan organ tubuh.
  4. Senam estetis dengan tujuan untuk melatih sikap dan gerak sebagai perwujudan pikiran, perasaan menuju keselarasan jiwa dan raga.

Pada permulaan Tahun 1925 senam Swedia telah diberikan kepada 1.000 sekolah, diantaranya Sekolah Bumi Putera kelas dua, H.I.S dan E.L.A semua Kweekschool dan sekolah normal, sekolah-sekolah untuk pegawai pemerintah dan juga 15 buah kelas H.B.s Bandung. Untuk lebih memperjelas tentang sistem Swedia ini, berikut ini dideskripsikan pokok-pokok penting sistem Swedia, yaitu sebagai berikut:

  1. Sistem Swedia diciptakan dan dipelopori oleh Per Hendrik Ling.
  2. Dasar dari sistem ini adalah susunan tulang-tulang dan otot serta kerjanya alat-alat tubuh. Jadi, dasarnya adalah manfaat dari gerakan-gerakan itu bagi tubuh.
  3. P.H Ling menyusun sistemnya karena melihat bahwa rakyat Swedia pada waktu itu menderita kerusakan badan, dan dimaksudkan untuk memperbaiki kesehatan dan sikap badan rakyat Swedia.
  4. Sistem Swedia masih belum memperlihatkan aspek paedagogis dan psikologis. Hal ini didasari oleh paham Ling yang menyatakan bahwa sistem Swedia tidak memberikan apa yang diinginkan oleh anak, tetapi apa yang berfaedah dan bermanfaat bagi anak.
  5. Sistem Swedia membedakan 4 macam senam, yaitu: (a) senam militer yang menekankan pada kekuatan, kelincahan bergerak dan kemampuan untuk menahan ketegangan, (b) senam medis yang berhubungan dengan kemungkinan bagi mereka yang lemah, melalui latihan-latihan, (c) senam paedagogis yang ditujukan untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan dari tubuh, (d) senam estetis yang melaksanakan seikap dan gerak sebagai pernyataan atau ungkapkan dari perasaan, emosi, dan pikiran.
  6. Pada sistem Swedia terdapat alat-alat perkakas yang spesifik antara lain bangku Sweida, jenjang peti lompat, balok keseimbangan, tambang/tali untuk latihan bergantungan, kuda-kuda, gelang-gelang dan pelana.
  7. Susunan pelajaran, menurut sistem terdiri atas: (a) latihan, (b) latihan ini, (c) latihan penutup.
  8. Sifat-sifat dan tanda-tanda yang terdapat pada sistem Swedia antara lain; (a) semua latihan dipertanggung jawabkan secara anatomis dan fisiologis; (b) pada waktu melakukan latihan di utamakan sikap yang baik dan juga cara melakukannya, (c) setiap pembelajaran mempunyai pembagian latihan yang tetap dan tertentu, (d) alat-alat ayng digunakan, dimaksudkan untuk memberikan faedah dan gerakan, (e) latihannya tidak memberikan kegembiraan karena tidak hidup.

Sepertihalnya sistem Jerman, kelemahan pokok sistem Swedia adalah kurang memperhatikan aspek-aspek psikologis atau aspek kejiwaan, karena itu kurang diminati oleh anak-anak. Namun begitu hal ini sesuai dengan semboyan pengembangan sistem Swedia yang mengatakan bahwa "kami tidak memberikan apa yang disukai anak-anak, yang kami berikan adalah yang berguna bagi mereka". 

Karena alasan kelemahan inilah sistem Swedia terdesak oleh sistem Austria yang diciptakan oleh Dr. Karl Gaulhofer dan Mr. Margarete Streicher, yang dianggap lebih cocok dari segi pendidikan dan ilmu jiwa. Akhirnya, mulailah babak baru sistem austria.



H.J.S Husdarta, 2010, Sejarah dan Filsafat Olahraga, Alfabeta, Bandung

No comments:

Post a Comment