Bersamaan dengan perkembangan di negeri Belanda, setelah perang dunia ke-1 (1914-1918), masuklah sistem Austria. Sistem Austria diciptaka oleh Gaulhofer dan Streicher, didorong oleh keadaaan anak-anak akibat perang yang memerlukan perubahan pendidikan.
Sistem Austria berpangkal pada anak "Vow Kinde Aus" dengan memperhatikan aspek pedagogik dalam menyajikan latihan-latihannya. LAtihan disusun secara sistematik dengan kategori berjenjeng: normalisasi, pembentukan prestask dan seni gerak. Setiap latihan harus mempunyai bentuk dan isi. Bentuk ditentukan oleh keadaan tubuh dan kemampuan, sedangkan isi memberikan arti dari latihan yang diberikan.
Setiap pelajar disusun menurut urut tertentu yang dimulai dengan latihan-latihan pendahuluan sebagai pemanasan fisik dan mental untuk menghadapi latihan yang sesungguhnya setelah pendahuluan. Latihan yang sesungguhnya atau latihan inti disusun berturut sesuai dengan sistematik yang diakhiri dengan latihan-latihan penutup sebagai pemenang, agar anak-anak dapat kembali kedalam kelas dengan tertib.
Ada enam prinsip pokok dari sistem Austria yaitu sebagai berikut:
- Sistem ini diciptakan dan diperoleh oleh Dr. Karl Gaulhofer dan Dr. Margarete Streicher.
- Sistem ini didasari oelh pandangan bahwa dalam pendidikan itu tidak ada dinding pemisahnya, sehingga hanya ada satu pendidikan, yaitu yang meliputi manusia sebagai suatu pendidikan. Jadi, tidak mungkin ada pendidikan moral, pendidikan intelek dan sebagainya.
- Sistem ini tidak berpangkal pada bulan latihan, tetapi sebaiknya berpangkal pada anak yang akan diberi latihan. Oleh karena itu, segi-segi pendidikan dan kejiwaan anak memang peran penting, sehingga pelajaran yang diberikan pada anak itu hanya merupakan alat saja untuk membentuk individu. Latihan fisik itu disatu padukan dengan isi yang berbobot perasaan, intelek, kejiwaan dan sikap lahir yang serasi dengan batin.
- Faktor-faktor anatomi, fisiologis dan kesehatan juga diperhatikan dalam membuat sistem ini, dan dalam membuat jenis-jenis latihannya.
- Jenis senam yang dilakukan oleh mereka diberi keterangan "alamiah", karena semua keserasian tersebut, terdapat pada alam. Oleh karena itu, senamnya diusahakan mendekati alam. Sikap alamiah ini ditentukan oleh tiga komponen, yaitu (a) bentuk, yang dipengaruhi oleh bentuk badan dan keadaan perototan, (b) perbuatan, yang berisi kemampuan berbuat atau berprestasi, (c) isi, yang ditentukan oleh kecerdassan dan keadaan batin.
- Susunan jam pelajaran dibagi sebagai berikut: (a) latihan pendahuluan, sebagai pengantar dan pemanasan, (b) latihan inti, yang terdiri atas latihan-latihan togok, keseimbangan, kekuatan, dan ketangkasan, jalan dan lari, serta lempar dan lompat, (c) latihan penenangan, yang merupakan latihan penutup.
Cabang olagraga yang populer dan digemari oleh masyarakat belum banyak jumlahnya, yang menonjol pada waktu itu adalah sepakbola, bola keranjang, tenis, tinju, dan renang. Pada waktu itu, olahraga digunakan sebagai sarana untuk memelihara semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Misalnya untuk menandingi Netherlands Indische Voetbal Unie (NIVU) didirikan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI oleh bangsa Indonesia yang hingga kini masih terus melaksanakan kegiatannya.
Melalui pendidikan olahraga di sekolah, para siswa belajar baris-berbaris, perang-perangan dengan senapan bersangkur (tiruan) dan latih fisik launnya yang berat-berat termasuk gotong royong, gali lubang perlindungan, membuat lapangan terbang, mencangku kebun.
Demikian pula latihan-latihan disiplin baik di sekolah maupun pada berbagai latihan yang diberikan Jepang kepada kelompok-kelompok tertentu membentuk pemuda Indonesia menjadi pemuda yang mempunyai daya tahan tinggi dan siap menghadapi berbagai kesukaran. Hal inilah yang menguntungkan dan sangat membantu manakala bangsa Indonesia mengahadpi Belanda, yang ingin menjajah kembali.
Dibandingkan dengan kedua sistem sebelumnya, sistem Austria memiliki banyak kelebihan, terutama karena sistem ini memperhatikan aspek-aspek pedagogis, fisiologis, dan psikologis anak. Karena itu pula sistem ini sampai saat sekarang masih banyak diguanakan di sekolah-sekolah Indonesia.
Ketika Jepang menyerah kepada tentara sekutu pada pertengahan bulan Agustus 1945, para pemuda Indonesia telah siap fisik dan mentalnya menghadapi tantangan baik dari Jepang, Inggirs maupun Belanda dalam mempertahankan kemerdekaan yang di proklamirkan pada 17 Agustus 1845. Sejaak saat itu, mulai babak baru sejarah perkembangan olahraga Indonesia.
H.J.S Husdarta, 2010, Sejarah dan Filsafat Olahraga, Alfabeta, Bandung
No comments:
Post a Comment