Artikel Terbaru

Monday, November 16, 2020

ANALISIS PERKEMBANGAN OLAHRAGA PADA ZAMAN KEMERDEKAAN

Proklamasi negara Indoensia pada tanggal 17 Agustus 1945, merupakan pintu gerbang terbukanya kebebasan bangsa Indonesia dari penjajahan. Peristiwa monumental tersebut merupakan babak baru dalam sejarah perkembangan negara Indonesia tercinta ini, termasuk babak baru dalam perkembanagn olahraga Indonesia. 

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Pengajaran, mempropagandakan penyelenggaraan latihan-latihan dan rehabilitasi fisik dan mental yang telah rusak selama penjajahan kolonial Belanda dan Jepang. Penyelenggaraan olahraga di sekolah-sekolah mulai digalakan. Disetiap provinsi diusahakan pembentukan inspeksi-inspeksi Pendidikan jasmani, antara lain: Sumatra Utara, Sumatra Tengah, Jawa barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, solo, dan Jawa Timur.


Beberapa peristiwa keolahragaan yang menandai perkembangan olahraga pada zaman kemerdekaan antara lain diuraikan berikut ini:

  1. Tanggal 19 Agustus 1945, tanggal terbentuknya kabinet yang pertama, dalam Kementrian Pendidikan Pengajaran diadakan suatu lembaga yang bertugas merencanakan dan melaksanakan pengurusan dibidang keolahragaan di sekolah, inspeksi pendidikan jasmani adalah organisasi di bawah yaitu jawatan pengajaran. olahraga dimasyarakat diurus oleh lembaga di bawah jawatan pendidikan masyarakat. Kementrian Pendidikan dan Pengajaran dalam melaksanakan tugasnya di bidang pembinaan dan pengembangan fisik antara lain melakukan: (a) penyelenggaraan latihan-latihan di kalangan pemuda Indonesia untuk mencapai dan memperoleh kondisi badan yang prima, juga persiapan memasuki angakatan perang yang pada waktu itu sangat diperlukan, (b) mengusahakan rehabilitasi fisik dan mental bangsa Indonesia agar dapat berperan serta dalam forum internasional.
  2. Pada bulan September 1945 tentara Belanda mendampingi tentara sekutu )Inggris) masuk ke Indonesia terutama Jakarta. Pada waktu itu organisasi olahraga yang bernama GELORA (Gerakan Latihan Olahraga) yang didampingi oleh Otto Iskandar Dinata sebagai ketua umum dan Soemali Prawirosoedirjo sebagai ketua harian melburkan dari bersama-sama Djawa Iku Kai )Pusat Olahraga Versi Jepang) menjadi Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI). Mengingat suasana di Jakarta kurang menguntungkan karena gangguan tentara Belanda, PORI hijrah ke Solo dan berkantor di rumah Soemono, sekertaris PORI di jalan Purwosari. Pada bulan Januari 1847 diadakan kongres darurat PORI dan terpilih sebagai ketua Mr. Widodo Sastrodiningrat dan sebagai wakil ketua Soemali Prawirodirjo, sebagaisekretaris Soemono.
  3. Pada tahun 1947 PORI mengadakan hubungan dengan Menteri Pengembangan dan eEmuda Wikana. Berkat bantuan sekretaris menteri Drs Karnadi, PORI dapat mengembangkan organisasinya.
  4. Pekan Olahraga Nasional pertama di Solo adalah pekan olahraga yang sangat berkesan dan merupakan tonggak sejatah keolahragaan yang penting abgi bangsa Indonesia yang baru merdeka. PON I adalah PON revolusi, PON perjuangan, PON penyebar semangat dan sekaligus PON persatuan.
  5. Setelah keamanan Negera pulih kembali pada akhir tahun 1949 dan ketenangan vbangsa Indonesia tercapai, maka gerakan olahraga yang telah terhenti itu digerakan kembali dan dikembangkan. Bekal konsepsi-konsepsi yang telah dirintis dan pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki dijadikan titik tolak untuk mengembangkan olahraga dan menetapkan sistem pembinaan keolahragaan di Indonesia.
  6. Di samping upaya peningkatan kondisi fisik dan mental bangsa Indonesia di masyarakat juga ditingkatkan mutu prestasi olahraga, terutama di forum internasional. Pemerintah tidak melepaskan begitu saja usaha kegiatan badan swasta dari asyarakat itu, tetapi secara aktif membantu dan mendorong. Dengan pemninanan terus menerus dan tekun maka Indonesia kemudian dapat juga mengikuti Olympiade XVI di Melbourne, tahun 1956, dan olympiade XVII di Roma pada tahun 1960. Di Tokyo Indonesia tidak dapat mengikuti karena skors IOC, namun pada Olympiade berikutnya sudah dapat ikut karena sudah dapat diterima kembali sebagai anggota. DI sam;ing itu Indonesia telah mengikuti kegiatan olahraga di Asia (Asian Games). Asian Games ke-1 thaun 1951 di New Delhi, Asian Games II tahun 1954 di Manila, Asian Games III di Tokyo tahun 1958 dan seterusnya.
  7. Mengingat akan keputusan Asian Games Federation Dr. Ryotaru Azume pada upacara penutupan Asian Games IV di Jakarta (1962), maka menjadi lebih kuatlah kebnulatan tekad pemerintah Indonesia untuk mengintegraikan sistem pembinaan olahraga Indonesia. Ketetapan pemerintah ini diambil oleh karena bangsa Indonesia akan lebih kelihatan pamornya di mata dunia internasional apabila penyelenggaraan Asian Games IV (1962) oleh Indonesia itu dapat berhasil dengan sukses baik dari segi organisasi maupun prestasi, hal ini merupakan sebuah momentum yang bersejarah dalam proses transfer ilmu pengetahuan ilmiah dalam pelatihan dari luar ke Indonesia. Kontak budaya ilmiah ini melalui perantara perorangan yang didukung program bantuan luar negeri, seperti dalam atletik, bola basket, sepakbola, dll.
  8. PON I 1948 di solo merupakan rangsangan bagi para siswa di Yohgyakarta untuk mengadakan Pekan Olahraga antar Perguruan tinggi. Suwarno mahasiswa UGM yang turut dalam PON II di Jakarta (Oktober 1951) menggunakan kesempatan tersebut untuk membicarakan gagasan tersebut dengan rekan-rekannya sesama mahasiswa di perkumpulam peserta PON II. gagasan tersebut disepakati oleh mahasiswa dari Jakarta-Bogor, Bandung dan Surabaya.
  9. Sementara itu pada tahun 1958 Indonesia dapat merebut Thomas Cup lambang supermasi olahraga bulutangkis pada waktu itu. Pada tahun 1961 pemerintah membentuk KOGOR (Komando Guru Olahraga) untuk menjamin berhasilnya Asian Games IV 1961 dan akhirnya terbukti memang Indonesia telah sukses baik dalam penyelenggaraan maupun prestasi atletnya. Baik panitia penyelnggara maupun peningkatan dimasukan dalam "Training Center" pemusatan yang pada waktu itu merupakan hal baru bagi Indonesia.
  10. Tahun 1961-1963 merupakan masa dimana olahraga Indonesia dapat meunjukan kemampuannya di lingkungan olahraga internasional. Setelah Indonesia diberi kerpercayaan olah negara-negara Asia pada Asian Games IV 1962 di Jakarta, maka sadar akan tanggung jawab penyelesaian pembangunan Venues Asian Games Kepres No. 79 tahun 1961 tanggal 28 Februari 1961 menetapkan wewenang semua legiatan/usaha olahraga di Indonesia yang mencakup kegiatan KOI: organisasi-oganisasi olahraga, keuangan, materil dan tenaga agar Asian Games dapat berhasil dengan sebaik-baiknya. Singkatnya Kepres no. 79/1961 pada dasarnya bertujuan untuk; (a) mengarahkan segala daya dan upaya untuk olahraga,, (b) menggerakan olahraga secara kempemimpin dan berencana, sehingga olahraga menjadi suatu gerakan masa yang seb=hebat-hebatnya, dan (c) membangun bangsa dan manusia Indonesia baru.
  11. Pada tahun 1964 Indonesia membentuk Dewan Olahraga Indonesia (DORI). sebagai ganti Komando Gerakan Olahraga Indonesia (KOGOR). Dewan olahraga Indonesia ternyata tidak sesuai dengan kehendak masyarakat olahraga Indonesia dan pada tanggal 31 desember 1967 terbentuklaj Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). selanjutnya untuk meresmikan sebagai lembaga disebutkan Keppres No. 67 Tahun 1967 tanggal 6 April Tahun 1967, yang antara lain menetapkan:
  12. Komite Olahraga Nasional Indonesia yang dibentuk berdasarkan musyawarah antara organisasi-organisasi S Induk Cabang Olahraga pada bulan September 1966 di Jakarta, adalah salah satunya organisasi induk dalam bidang keolahragaan yang melakukan pembinaan gerakan olahraga Indonesia.
  13. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut Komite Olahraga Nasional Indonesia senantiasa berhubungan erat dengan pemerintah serta mengikuti petunjuk-petunjuk dari pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.



H.J.S Husdarta, 2010, Sejarah dan Filsafat Olahraga, Alfabeta, Bandung

No comments:

Post a Comment