Setiap teori belajar mempunyai prinsip-prinsip belajar-mengajar sendiri, yang mungkin sma ataupun berbeda dengan teori yang lain. Dalan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas, guru umumnya tidak hanya menggunakan satu pendekatan ataupun metode mengajar, tetapi menggunakan beberapa metode.
Metode yang digunakan guru, mungkin berasal ari teori psikologi atau teori belajar mengajar yang sama, mungkin juga dari teori yang berbeda.
Ada beberapa prinsip pengajaran yang secara relatif berlaku umum di antaranya adalah prinsip: perkembangan, perbedaan individu, minat dan kebutuhan, aktivitas, serta motivasi.
1. Prinsip Perkembangan
Siswa yang diajar di kelas sedang berbeda dalam proses perkembangan, dan akan terus berkembang. Sehubungan dengan perkembangan ini maka kemampuan anak pada setiap jenjang usia dan tingkat kelas berbeda-beda.
Anak pada jenjang usia atau kelas yang lebih tinggi, memiliki kekampuan lebih tinggi dari yang di bawahnya. Pada waktu memilih bahan dan metode mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan menyesuaikan dengan kemampuan-kemampuan anak tersebut.
Perkembangan berarti perubahan. Perubahan itu ada yang cepat dan ada yang lambat. Seorang guru hendaknya cukup mengerti dan bersabar, apabila pada suatu saat seorang siswa belum memperlihatkan kemajuan dan kemajuannya lambat. Mungkin suatu minggu atau dua minggu berikutnya anak akan memperlihatkan kemajuan dan perkembangan yang cepat.
2. Prinsip Perbedaan Individu
Seorang guru yang menghadapi 40 orang siswa di kelas, sebenarnya bukan hanya menghadapi ciri-ciri satu kelas siswa, tetapi juga menghadapi 40 perangkat ciri-ciri siswa. Tiap orang siswa memiliki pembawaan-pembawaan yang berbeda, dan menerima pengaruh dan perlakuan dari keluarganya yang masing-masing juga berbeda.
Dengan demikian adalah wajar apabila setiap siswa memiliki ciri-ciri tersendiri. Ada siswa yang badanya tinggi kurus, atau pendek gemuk, cekatan atau lamban, kecerdasan tinggi, sedang atau rendah, berkat dalam beberapa mata pelajaran, tetapi kurang berbakat dalam mata pelajaran-mata pelajaran tertentu, tabah dan ulet atau mudah putus asa, periang atau pemurung, bersemangat atau acuh tak acuh, dan sebagainya.
Guru perlu mengarti benar tentang adanya keragaman ciri-ciri siswa ini. Baik di dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas-tugas dan pembimbingan, guru hendaknya menyesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut.
Dalam model pengajaran program atau modul, penyesuaian pelajaran dengan perbedaan individu ini sepenuhnya dapat dilakukan, karena cara belajarnya individual. Dalam pengajaran yang bersifat klasikal, seperti umumnya dilaksanakan di sekolah-sekolah, penyesuaian pelajaran dengan perbedaan individu ini terbatas sekali.
Umumnya guru-gur pada jam pelajaran yang sama, mengajarkan bahan yang sama dengan cara yang sama, sehingga perbedaan individu tersebut sama sekali diabaikan. Pengajaran yang bersifat klasikal ini dapat disempurnakan dengan cara-cara sebagai berikut.
Pertama, dalam mengajar hendaknya guru menggunakan metode atau strategi belajar mengajar yang bervariasi. Sebab dengan variasi tersebut diharapkan beberapa perbedaan kemampaun anak dapat terlayani. Kedua, hendaknya digunakan alat atau media pengajaran. Penggunaan media dan alat-alat pelajaran dapat membantu siswa yang mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu. Anak yang kemampuan berpikir abstraknya kurang, dapat dibantu dengan alat peraga yang konkret, anak yang pendengarannya kurang, dapat dibantu dengan penglihatan.
Ketiga, hendaknya guru memberikan bahan pelajaran tambahan kepada anak-anak yang pandai, untuk mengimbangi kepandaiannya. Bahan tambahan tersebut dapat berupa bahan bacaan, soal-soal yang harus dipecahkan dan sebagainya.
Keempat, hendaknya guru memberikan bantuan atau bimbingan khsusu kepada anak-anak yang kurang pandai atau lambat dalam belajar. Bantuan atau bimbingan dapat diberikan pada jam pelajaran ataupun di luar jam pelajaran.
Kelima, pemberian tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak.
Anak-anak yang lebih pandai diberi tugas yang lebih banyak atau lebih sukar. Anak yang berminat akan sastra diberi tugas di bidang sastra lebih banyak sedang yang lain di bidang Sosial, IPA, Matematika lebih banyak.
3. Minat dan Kebutuhan Anak
Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri. Anak di kita berbeda minat dan kebutuhannya dengan anak di desa, di daerah pantai berbeda dengan di pegunungan, anak yang akan bersekolah sampai perguruan tinggi berbeda dengan yang akan bekerja setalah tamat SLTA.
Bahan ajaran dan cara penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut. Walaupun hampir tidak mungkin menyesuaikan pengajaran dengan minat dan kebutuhan setiap siswa, sedapat mungkin perbedaan-perbedaan minat dan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi.
Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak, akan menarik perhatiaannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.
Anak-anak sekolah dasar sangat menyenangi cerita (dongeng). Sampai dengan kelas III mereka menyenangi cerita fantasi sedangkan anak-anak kelas IV sampai dengan kelas VI menyenangi cerita-cerita yang lebih konkret, kepahlawanan, avonturir dan sebagainya.
Guru dapat memanfaatkan minat dan kebutuhan ini dengan memberikan cerita-cerita yang berisi penanaman atau pengembangan ni;ai-nilai moral. Sampai dengan kelas IV sekolah dasar anak senang bermain. Dalam pelajaran olahraga sebaiknya lebih banyak digunakan permainan, daripada senam dan atletik.
4. Aktivitas Siswa
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pengajaran, siswalah yang menjadi subyek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pengajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti siswa dibebani banyak tugas. Aktivitas atau tugas - tugas yang dikerjakan siswa hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan dalam perkembangannya, erta bermanfaat bagi mada depannya. Metode-metode yang banyak mengaktifkan siswa, di antaranya ialah metode; diskaveri, inkuiri, eksperimen, demonstrasi pemecahan masalah, keterampilan proses, penegasan, dan diskusi.
5. Motivasi
Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar didorong oleh sesuatu atau beberapa motif. Motif atau biasa juga disebut dorongan atau kebutuhan merupakan sesuatu tenaga yang berbeda pada diri individu atau siswa yang mendorongnnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan.
Tenaga pendorong atau motif pada seseorang mungkin cukupn besar sehingga tanpa motivasi dari luar dia sudah bisa berbuat. Orang atau siswa tersebut memiliki motif internal. Pada orang atau siswa lain, tenaga pendorong ini kecil sekali, sehingga ia membutuhkan motivasi dari luar, yaitu dari guru, orang tua, teman,buku-buku dan sebagainya. Orang atau siswa seperti itu memerlukanmotif eksternal.
Selain motif internal dan eksternal, dibedakan pula motif intrinsik dan ekstrinsik. Motif instrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai atau berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan. Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang berada di luar perbuatan atau tidak ada hubungan langsung dengan perbuatan yang dilakukannya, tetapi menjadi penyertanya.
Motif instrinsik dapat bersifat internal, muncul dari dalam diri siswa atau eksternal datang dari luar. Demikian juga motid ekstrinsik dapat bersifat internal atau eksternal, walaupun lebih banyak bersifat eksternal. Motif ekstrinsi dapat berperan sebagai operant conditioning .
Motif memiliki peran yang cukup besar di dalam upaya belajar. Tanpa motif hampir tidak mungkin siswa melakukan kegiatan belajar. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan belajar para siswa.
Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi. Dengan metode dan media yang bervariasi kebosanan dapat dikurangi atau dihilangkan.
Kedua, memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa. Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik perhatian, dengan demikian akan membangkitkan motif untuk mempelajarinya.
Ketiga, memberikan sasaran antara. Sasaran akhir belajar adalah lulus ujian atau naik kelas. Sasaran akhir baru dicapai pada akhir tahun. Untuk membangkitkan motif belajar maka diadakan sasaran antara, seperti ujian semester, tengah semester, ulangan harian, kuis, dan sebagainya.
Keempat, memberikan kesempatan untuk sukses. Bahan atau soal-soal yang sulit hanya bisa diterima atau dipecahkan oleh siswa pandai, siswa kurang pandai sukar menguasai atau memecahkannya. Agar siswa yang kurang pandai juga bisa menguasai/memecahkan soal, maka berikan bahan/soal yang sesuai dengan kemampuannya. Keberhasilan yang dicapai siswa dapat menimbulkan kepuasan, dan kemudian membangkitkan motif.
Kelima, diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Suasana belajar yang hangat berisi rasa persahabatan, ada rasa humor, pengakuan akan keberadaan siswa, terhindar dari celaan dan makian, dapat membangkitkan motif.
Keenam, adakan persaingan sehat. Persaingan atau kompetisi yang sehat dapat membangkitkan motivasi belajar. Siswa dapat bersaing dengan hasil belajarnya sendiri atau dengan hasil yang dicapai oleh orang lain. Dalam persaingan ini dapat diberikan pujian, ganjaran ataupun hadiah.
Sumber: Perencanaan Pengajaran, R Ibrahim. Nana Syaodih S, Penerbit rineka cipta, Jakarta, 2010
No comments:
Post a Comment