Untuk memahami proses belajar-mengajar ditinjau dari sudut siswa atau peserta didik. Sepertti telah diuraikan sebelumnya bahwa sudut siswa, pengajaran berati belajar. Belajar merupakan serangkaian upaya untuuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap seperti nilai siswa, baik kemampuan intelektua;, sosial, afektif, maupun psikomotor.
1. Macam-macam Keterampilan Intelaktual
Belajar itu ada beberapa macam. Aneka macam belajar ini, dilatar belakangi oleh adanya tekanan yang berbeda terhadap aspek-aspek belajar, seperti tekanan pada sifat, bentuk, keterampilan, proses, tempat belajar, dan lain-lain.
Gagne (1970), membedakan macam-macam belajar, dari keterampilan intelektual yang terkandung di dalamnya. Ia mengemukakan delapan tipe keterampilan intelektual dalam belajar. Kedelapan tipe ini menunjukan suatu hiererki kecakapan atau keterampilan dari yang paling rendah atau sederhana sampai dengan yang paling tinggi atau kompleks dalam belajar, yaitu: 1) belajar tanda-tanda atau signal learning, 2) belajar hubungan stimulus-respons atau stimulus respons learning, 3) belajar menguasai rangkaian hal, atau chaining learning, 4) belajar hubungan verbal atau association learniing, 5) belajar membedakan atau discrimination learning, 6) belajar konsep-konsep atau concept learning, 7) belajar aturan/hukuman-hukuman atau rule learning, dan 8) belajar memecahkan masalah atau problem solving learning.
2. Belajar Menerima, Menghafal, Dikaveri dan Bermakna
Ausuble dan Robinson (1969), mengemukakan adanya empat macam bentuk belajar, yaitu: belajar menerima dengan lawannya belajar diskaveri, dan belajar menghapal dengan lawannya dan belajar bermakna.
a. Belajar Menerima dan Belajar Diskaveri
Belajar menerima adalah suatu bentuk kegiatan belajar, dengan peranan siswa lebih pasif mereka lebih banyak menerima apa yang disampaikan oleh guru. Pengertian menerima atau pasif lebih banyak menyangkut proses mental terutama berpikit. Dalam belajar menerima, tidak berarti tidak ada proses berpikir, tetapi prosesnya hanya sedikit atau sengat sedehana. Beberapa bentuk dari kegiatan belajar yang bersifat menerima, yaitu: mendengarkan ceramah atau penjelasan guru mencatat apa yang disampaikan atau diuraikan oleh guru, dan membaca bahan bacaan secara pasif.
Belajar diskaveri, disebut juga belajar inkuiri, yang erat hubungannya dengan apa yang sekarang dikenal dengan sebuatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Kegiatan belajar ini lebih bersifat aktif, karena ada sejumlah proses mental yang dilakukan siswa. Belajar diskaveri lebih kompleks, banyak menuntut aktivitas berpikir dan bahkan tidak jarang pula menuntut sejumlah aktivitas fisik. Ada bentuk beberapa kegiatan belajar diskaveri, yaitu: tanya jawab, berdiskusi, melakukan pengamatan, mengadakan percobaan mewawancarai nara sumber melakukan latihan-latihan, berseimulasi, mengadakan permainan, mengerjakan tugas-tugas, mengadakan penelitian sederhana, memecahkan masalah, dan sebagainya.
b. Belajar Menghapal dan Belajar Bermakna.
Belajar menghapal merupakam kegiatan belajar yang menekankan penguasaan pengetahuan atau fakta-fakta tanpa memberi arti terhadap pengetahuan atau fakta tersebut. Seorang murid yang mempelajari sesuatu dengan menghapalkannya, dia hanya akan menguasai hal itu secara verbal, tanpa mengetahui maknanya. Lawan dari belajar-menghapal adalah belajar bermakna. Dalam belajar bermakna sesuatu dipelajari dari makna. Makna dapat terjadi karena: 1) ada hubungan antara sesuatu fakta atau pengetahuan dengan fakta atau pengetahuan lainnya, umpamanya geduung tinggi dengan tangga, atau antara angin laut dangan nelayan yang pulang, 2) ada hubungan antara sesuatu pengetahuan dengan penggunaanya, antara pengetahuan dengan manfaatnya, umpamanya manfaat kincir air atau kincir angin, penggunaan pupuk, dan sebagainya. Walaupun tidak selalu sejajar, belajar menerima senderung mengarah kepada belajar menghapal dan belajar diskaveri cenderung ke arah belajar bermakna. Menerima dan membaca secara aktif lebih mengarah kepada belajar bermakna.
3. Belajar di Sekolah dan di Luar Sekolah
Kegiatan belajar di sekolah berada di bawah bimbingan dan pengawasan langsung dari guru. kalau para siswa menghadapi kesulitan, guru juga dapat secara langsung memberikan bantuan. Kegiatan di luar sekolah tidak mendapatkan bimbingan dan pengawasan dari guru. Kegiatan belajar ini dapat berlangsung di rumah, di perpustakaan umum atau pusat-pusat kegiatan belajar. Untuk siswa-siswa SLTP, SLTA atau mahasiswa kegiatan belajar di luar kelas/sekolah dilakukan atas inisiatif sendiri, tetapi untuk siswa-siswa SD kegiatan ini harus direncanakan dan ditugaskan oleh guru. Banyak bentuk tugas yang dapat diberikan oleh guru kepada siswa0siswa SD, seperti mengerjakan soal, menjawab pertanyaan, membaca dan menjawab pertanyaan tentang isi bacaan, membuat bagan sederhana, membuat peta rumah, peta lingkungan RT/RW/desa/kecamatan, serta mengumpulkan dan mencatat ciri-ciri daun/serangga/tanaman.
4. Belajar Secara Klasikal, Kelompok dan Individual
Kegiatan belajar dapat berlangsung secara klasikal, kelompok ataupun individual. Kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menerima atau menghapal pada umumnya diberikan secara klasikal. Siswa yang berjumlah kurang lebih 40 orang, pada waktu yang sama menerima bahan yang sama. Umumnya kegiatan ini diberikan dalam bentuk ceramah. Dalam mengikuti kegiatan belajar ini, murid-murid dituntut untuk selalu memusatkan perhatian terhadap pelajaran, kelas harus sunyi dan semua murid duduk di tempat masing-masing mengikuti uraian guru. Belajar secara klasikal cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajar. Upaya mengaktifkan siswa dapat dilakukan melalui penggunaan metode tanya-jawab, diskusi, demonstrasi, dan lain-lain.
Belajar yang lebih mengaktifkan siswa berlangsung secara kelompok atau individual. Kegiatan diskusi, permainan, simulasi, percobaan, pemecahan masalah, dan sejenisnya dilakukan dalam bentuk kelompok. Tugas - tugas yang dikerjakan di rumah kebanyakan menuntut kegiatan secara individual. Beberapa kegiatan dan pemberian tugas di sekolah juga dapat dikerjakan secara individual, seperti memecahkan soal, melakukan pengamatan atau percobaan di laboratorium, dan sebagainya.
5. Belajar Teori dan Praktek
Apa yang dipelajari oleh siswa dapat berkenaan dengan suatu teori, tetapi dapat menyangkut kegiatan praktek. Di sekolah dasar, pelajaran yang diberikan sebagian besar berkenaan dengan teori, sebagian bersifat praktek. Pelajaran yang banyak berisi kegiatan kecil praktek adalah: kesenian, olahraga, dan keterampilan. Beberapa pelajaran lain juga mengandung kegiatan praktek seperti IPA, IPS, Agama, dan lain-lain. Salah satu tuntutan dari pelaksanaan kegiatan belajar praktek adalah tersedianya alat-alat dan bahan. Keduanya hal itu seringkali menjadi hambatan utama bagi pelaksnaan kegiatan praktek di Sekolah dasar.
Dalam kegiatan belajar yang bersifat praktek umumnya para siswa belajar secara aktif, bukan saja aktif secara jasmaniah tetapi juga secara rohaniah, belajar tidak hanya bersifat menerima tetapi juga memberi atau berbuat, tidak menghapal tetapi menangkap arti. Kegiatan belajar praktek mungkin berlangsung secara individual, tetapi juga dapat berjalan dalam bentuk kelompok. Hal yang perlu mendapatkan perhatian guru dalam belajar yang bersifat oraktek adalah masalah penilaian. Penilaian tidak hanya diberikan pada akhir kegiatan penilaian penilaian terhadap hasil belajar, tetapi harus juga diadakan sepsnjang kegiatan praktek. Yang dinilai bukan saja hasil belajar tetapi juga proses belajar. Teknik penilaian yang paling cocok adalah pengamatan.
Sumber: Perencanaan Pengajaran, R Ibrahim, Nana Syaodih S, Penerbit rineka cipta, Jakarta, 2010
No comments:
Post a Comment