Artikel Terbaru

Wednesday, August 5, 2020

PROSES BELAJAR MENGAJAR DITINJAU DARI SUDUT GURU

Dilihat dari sudut guru, proses belajar mengajar berwujud dalam kegiatan mengajar. Secara semoit, mengajar dapat diartikan sebagai proses penyampaian pengetahuan kepada siswa. Dalam pengertian yang lebih luas, mengajar mencakup segala kegiatan menciptakan situasi agar siswa belajar. Pengertian belajar ini cukup luas, mencakup pula upaya guru mendorong siswa agar belajar, menata ruang atau tempat duduk siswa, mengkelompokan siswa, menciptakan berbagai kegiatan kelompok, memberikan berbagai bentuk tugas, membantu siswa-siswa yang lambat, memberikan pengayaan kepada siswa yang pandai, dan sebagainya.

Kegiatan belajar-mengajar, memang merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru mengajar agar siswa belajar. Oleh karena keduanya merupakan suatu keterpaduan, maka pendekatan atau metode mengajar yang digunakan oleh guru menentukan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.

1. Kegiatan Secara Ekspositori

    Kegiatan belajar yang bersifat menerima terjadi karena guru menggunakan pendekatan mengajar yang bersifat ekspositer. Baik pada tahap perencanaan maupun pada pelaksanaan mengajar, dalam pendekatan ini guru berperan lebij aktif, lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan dengan siswa-siswa. Guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajaran secara tuntas, lalu menyampaikan kepada siswa. Sebaiknya, para siswa berperan lebih pasif, tanpa banyak melakukan kegiatan pengolahan bahan, karena menerima bahan ajar yang disampaikan oleh guru.
metode mengajar yang bisa diguunakan dalam pengajaran ekspositori, adalah metode ceramah dan demonstrasi.

a. Metode Ceramah
Dalam merencanakan pengajaran dengan metode ceramah hal yang perlu dipersiapkan dengan seksama oleh guru adalah bahan ajaran. Sesuai dengan topik atau pokok bahasan, bahan ajaran dipilih dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa, disusun secara sistematis dan rinci, dilengkapi dengan contoh-contoh dan pertanyaan. Dalam pelaksanaan mengajar, guru menceramahkan atau menyampaikan bahan ajaran sesuai dengan sistematika yang telah disusun. Untuk memperjelas bahan, guru dapat memberikan contoh-contoh atau menerangkan dengan alat peraga. Agar para siswa d=berperan lebih aktif, kegiatan ceramah dapat diselingi dengan tanya-jawab. Contoh-contoh dan pertanyaan yang akan diajukan guru hendaknya ditulis dalam program/rencana pengajaran.

b. Metode Demonstrasi
Metode ini dapat digunakan sebagai metode mengajar tersendiri untuk mengajarkan sesuatu bahkan ajaran yang memerlukan peragaan, atau sebagai metode pelengkap dari metode ceramah. Untuk menerangkan pokok bahasan cahaya, umpamanya, guru mengadakan demonstrasi dengan menggunakan cermin dan kaca pembesar. Untuk memperjelas perbedaan suara beberapa burung. Demonstrasi tidak hanya bisa dilakukan oleh guru, tetapi para siswa bisa diminta untuk meendemonstrasikan sesuatu. Hal-hal yang akan didemonstrasikan, baik oleh guru maupun oleh siswa hendaknya dituliskan secara rinci di dalam rencana pengajaran.

2. Mengajar dengan Mengaktifkan Siswa
    
    Berbeda halnya dengan kegiatan mengajar yang bersifat ekspositori, dalam pelaksanaan kegiatan mengajar yang mengaktifkan siswa, guru tidak begitu banyak melakukan aktivitas. Aktivitas lebih banyak dilakukan oleh siswa, walaupun demikian, tidak berati guru tinggal diam. Guru memberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa, mengarahkan, menguasai, mengadakan evaluasi. Kalau dalam pelaksanaan mengajar guru banyak melakukan kegiatan yang bersifat teknis-prosedural, maka dalam rencana pengajaran, guru banyak melakukan kegiatan yang bersifat yang bersifat konseptual. Kemampuan-kemampuan apa yang diharapkan tumbuh dan dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran, serta bentuk aktivitas apa yang cocok dan yang paling baik untuuk menguasai kemampuan tersebut. Semua kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh siswa hendaknya dicantumkan dalam rencana pengajaran atau telah dibuat skenarionya dalam rencana pengajaran. Dengan demikian, dalam rencana pengajaran bukan hanya ditulisakn teknik atau cara belajar yang akan dilakukan oleh siswa tetapi termasuk juga rinciannya.

a. Metode Tanya-Jawab
Metode mengajar yang mengaktifkan siswa yang paling sedehana adalah tanya-jawab. Metode tanya-jawab dapat dilaksanakan secara klasikal maupun kelompok, antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa. Pertanyaan dapat berasal dari siswa, guru atupun buku-buku sumber. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh guru hendaknya tercantum rencana pengajaran.

b. Metode Diskusi
Metode diskusi banyak persamaannya dengan tanya jawab. Perbedaan utamanya terletak pada hal yang dibahas serta secara pembahasannya. Hal yang dibahas dalam sebuah diskusi berkenaan dengan suatu masalah, baik yang dirumuskan dalam pertanyaan mengapa atau bagaimana, sedang tanya jawab selain yang dirumuskan dalam kedua bentuk pertanyaan apa. Perbedaan lain adalah dalam cara pembahasan. Dalam tanya jawab, pertanyaan ditunjukan pda seorang, sedang dalam diskusi, permasalahn dilemparkan kepada semua peserta, dan semua atau beberapa peserta mennanggapinya. Dengan demikian dalam tanya jawab, jawaban disimpulkan dari kelompok atau semua peserta. Sekenario kegiatan hendaknya dicantumkan secara rinci dalam rencana pengajaran.

c. Metode Pengamatan dan Percobaan
Metode pengamatan berkaitan erat dengan metode percobaan, keduanya berisi kegiatan pengamatn atau observasi. Perbedaanya terletak pada objek yang diamati. Dalam pengamatan, yang diamati adalah suatu objek (benda,kegiatan dan lain-lain) yang bersifat alamiah, sebagaimana adanya, sedang pada percobaan yang diamati adalah suatu objek yang dibuat oleh pengamat. Skenario proses pengamatan atau percobaan harus juga dituliskan secara rinci dalam rencana pengajaran.

d. Metode Mengajar Kelompok
Metode mengajar kelompok atau secara singkat disebut metode kelompok, adalah suatu cara mengajar yang menekankan aktivitas belajar siswa dalam bentuk kelompok. Kelompok dibedakan antara kelompok kecil (2-5 siswa), kelompok sedang (6-10 siswa) dan kelompok besar ( 11-20 siswa). dalam belajar biasanya digunakan adalah kelompok kecil dan sedang
Banyak bentuk aktivitas belajar yang dapat diajarkan dalam kelompok, seperti: diskusi, permainan, simulasi, latihan, pemecahan soal/masalah, penyelesaian tugas dan lain-lain.

e. Metode Latihan
Penggunaan metode latihan cukup luas, seperti latihan: pemecahan soal, olahraga/permainan, kesenian, keterampilan, mengarang, bekerja, dan lain-lain. Pada umumnya metode ini berisi rangkaian kegiatan mengulangi suatu perbuatan, sampai perbuatan tersebut dikuasai siswa.

f. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah merupakan metode belajar-mengajar taraf tinggi, karena metode ini mencoba melihat dan memecahkan "masalah yang cukup kompleks" dan menuntut/mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Metode ini dapat dikerjakan secara individual, tetapi lebih tepay dilaksanakan secara kelompok. Mengingat usianya, masalah-masalah yang diajukan untuk dipecahkan oleh siswa-siswa SD, hendaknya yang sederhana saj, seperti: bahaya dan penanggulangan sampah, menghindari kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya.

g. Metode Pemberian Tugas
Kegiatan belajar tidak hanya dapat berlangsung di dalam kelas atau di sekolah, tetapi dapat juga di luar sekolah. Kegiatan belajar di luar sekolah pada umumnya berlangsung tanpa pengawasan atau bimbingan langsung dari guru. Agar para siswa belajar di luar kelas/sekolah maka penggunaan pemberian tugas merupakan metode yang paling tepat. Pemberian tugas dapat diberikan secara individual ataupun kelompok. Untuk kelas-kelas tinggi tugas yang bersifat kelompok dapat diberikan, sedang pada kelas-kelas rendah pemberian tugas individual mungkin lebih tepat. Macam, keluasaan dan kesukaraan tugas sudah tentu perlu dipertimbangkan dan disesuaikan dengan kemampuan anak. Pemberiaan tugas bukan ditinjau untuk menghukum atau mempersulit siswa, tetapi memperjelas, memperkaya, memperdalam bahan yang diberikan di dalam kelas. Dengan demikian, tugas bisa menjawab pertanyaan/soal, membuat gambar, membuat kliping, mengadakan pengamatan lingkungan, mengumpulkan benda-benda, dan sebagainya.


Sumber: Perencanaan Pengajaran, R ibrahim, Nana Syaodih S, Penerbit rineka cipta, Jakarta, 2010




























No comments:

Post a Comment