Artikel Terbaru

Wednesday, August 5, 2020

RUMPUN PSIKOLOGI BEHAVIORISME TERHADAP TEORI DAN PRINSIP DASAR PENGAJARAN

Rumpun psikologi ini disebut Behaviorisme karena sangat menekankan behavior, yaitu tingkah laku atau perilaku yang dapat diamati atau diukur. Rumpun Psikologi ini bersifat molekuler atau unsuriah, karena memandang kehidupan individu manusia terdiri atas unsur-unsur sperti hanya molekul-molekul. Ada beberapa ciri dari rumpun Psikologi ini, yaitu: (1) mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, (2) bersifat mekanistis, (3) menekankan peranan lingkungan, (4) mementingkan pembentukan reaksi atau respons, (menekankan pentingnya latihan.

1. Psikologi Asosiasi
   
Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun Behaviorisme. Menurut Psikologi ini tingkah laku individu tidak lain dari suatu hubungan antara rangsangan dengan jawaban, atau stimulus0respons sebanyak-banyaknya. Siswa yang menguasai adalah siswa pandai atau berhasil dalam belajar. Pembentukan hubungan stimulus-respons dilakukan melalui ulangan-ulangan atau latihan. Dengan demikian teori ini memiliki banyak persamaan dalam cara mengajarnya dengan teori Psikologi Daya atau Herbatisme. Keduanya menekankan latihan atau ulangan-ulangan.

    Buku-buku atau cara mengajar yang menggunakan buku-buku soal jawaban atau latihan soal, dapat merupakan contoh dari penggunaan teori ini. Metode drill atau latihan yang ada unsur paksaan selain digunakan dalam pengajaran latihan daya-daya, juga dalam pengajaran stimulus-respons.

    Tokoh yang sangat terkenal dari teori ini adalah Thomdike. Menurut dia, belajar pada bintang yang juga berlaku bagi manusia adalah trial and error, atau "belajar coba-coba". Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum utama belajar. Pertama, low of edniess atau hukum kesiapan, yang menyatakan bahwa belajar akan berhasil apabila siswa atau individu yang belajar telah memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut. Seorang anak akan bisa belajar berjalan, apabila dalam perkembangannya ia telah memiliki kesiapan atau kematangan untuk berjalan. Anak yang belum siap berjalan, kalaupun dipaksa dilatih berjalan tidak akan membawa hasil, malah mungkin akan merusakkannya. Prinsip kedua adalah law of exercise atau hukuman latihan, yang menyatakan bahwa belajar memerlukan banyak latihan atau ulangan-ulangan. Suatu kecakapan atau keterampilan akan dikuasai apabila banyak dilatih. Seorang siswa yang ingin pandai bermain piano harus banyak berlatih main piano. Semakin banyak dan intensif latihan yang dilakukan oleh seseorang akan semakin tinggi tingkat penguasaannya. Prinsip yang ketiga adalah law of effect, atau hukum mengetahui hasil. Belajar akan lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik merupakan umpan balik yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Dalam mengajar, guru dianjurkan untuk segera memeriksa semua hasil pekerjaan siswa, memberi nilai dan segera mengembalikannya kepada siswa. Dengan cara itu siswa mengetahui hasil dari usaha belajarnya, dan akan meningkatkan semngat untuk belajar selanjutnya.

2. Psikologi Conditioning

    Psikologi Conditioning, merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme. Teori ini dilatar belakangi pelh percobaan Pavlov dengan keluarnya iar liur pada anjing. Air liur akan kelaur apabila enjing melihat atau mencium bau makanan. Dalam percobaan Pavlov membunyikan bel sebleum memperlihatkan makanan pada anjing. Setelah diulang berkali-kali ternyata, air liur tetap keluar bila bel berbunyi meskipun makanannya tidak ada. Hasil dari penelitian ini ternyata dapat diterapkan pada manusia, seperti para siswa berbaris dan masuk kelas kalau lonceng berbunyi. Contoh lain, setiap pukul 7.00 pagi, 2.00 siang dan 7.00 malam, orang merasa lapar, kendaraan berhenti ketika lampu stopan berwarna merah. Respons terhadap kondidi itu terjadi karena telah merupakan suatu kebiasaan, yaitu perilaku yang dikerjakan secara berulang-ulang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku individu manusia dapat dikondisikan. Menurut teori ini belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan makan atau mandi pada jam tertentu, kebiasaan berpakaian, masuk kantor, kebiasaan belajar, bekerja, bertegur sapa dengan oranag lain, dan sebagainya, terbentuk karena pengkondisian. Mengajar menurut teori ini adalah menbentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu oerbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan. Pembiasaan ini tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi bisa juga oleh stimulus penyerta.

3. Psikologi Penguatan

    Psikologi penguatan atau Operant Conditioning, juga merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme dan Conditioning. Kalau pada COnditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, sedengkan pada teori penguatan yang kondisi atau yang diperkuat adalah responsnya. Seorang anak belajar sungguh-sungguh dengan demikian pada waktu ulangan dia dapat menjawab semua soal dengan benar. Atas hasil belajarnya yang baik itu dia mendapatkan nilai yang baik. Karena mendapatkan nilai baik ini, maka anaj belajar kebih giat lagi. Nilai dapat merupakan operant conditioning atau penguatan (reinforcement). Memungkinkan juga terjadi selain diberi nilai baik, anak anak itu oleh guru diberi ganjaran ataupun pujian. Keduanya yaitu pujian dan ganjaran juga dapatt merupakan operant conditioning. Banyak bentuk operant conditioning dalam kehidupan sehari-hari kita temukan, seperti penyediaan kupon berhadiah, pemberian bonus, honorarium, bunga bank, tanda penghargaan, ijazah, medali, dan piala. Secara tidak sadar, dalam belajar, bekerja dan berusaha, tujuannya bukan lagi mengejar prestasi, tetapi mengajar operant conditioning (hadiah,medali, dan sebagainya). Tokoh utama operant conditioning adalah Skinner. Bertolak dari teori tersebut Skinner mengembangkan suatu program pengajaran yang terkenal dengan nama pengajaran berprogram atau programmed intruction. Dalam pengajaran berprogram, bahan ajaran tersusun dalam potongan bahan yang kecil-kecil, dan disajikan dlam bentuk informasi dan tanya-jawab. Anak belajar dengan cara membaca informasi dan soal, lalu memberikan atau memilih jawaban yang tersedia. Jawaban anak segera dicocokkan dengan kunci jawaban, dan segera diketahui hasilnya yang dinyatakan dengan kualifikasi nilai tertentu. Nilai yang baik akan mendapatkan pujian, sedangkan nilai yang kurang baik akan mendapatkan peringatan. Pengajaran berprogram disajikan dalam berbagai bentuk media pengajaran, yaitu dalam bentuk buku program, mesin pengajaran, kaset audio, kaset vidio, atau konputer. Pengajaran, berprogram dengan menggunakan media komputer terkenal dengan nama Computer Assisted Intruction atau Computer Aided Intruction (CIA). Melalui penggunaan pelajaran berprogram, dimungkinkan anak belajar secara individu. Tugas guru tidak lagi sebagai penyampai bahan ajar tetapi sebagai pengarah, pendorong, dan pengelola belajar.


Sumber: Perencanaan Pengajaran, R.Ibrahim, Nana Syaodih S, Penerbit rineka cipta, Jakarta, 2010

No comments:

Post a Comment