Perlakuan guru di dalam kelas, baik pada waktu mengajar, membimbing maupun memberikan latihan, tidak sembarangan, tetapi mempunyai dasar serta maksud-maksud tertentu disesuaikan dengan keadaan dan kepentingan siswa. Agar anda pun dapat memberikan perlakuan mendidik yang diharapkan.
A. Rumpun Psikologi Kekuatan Mental
Untuk memenuhi pandangan dari rumpun teori ini tentang belajar-mengajar, pertanyan-pertanyaan pokok yang perlu memperoleh jawaban dalam uraian berikut ini.
- Mengapa rumpun teori ini disebut Psikologi Kekuatan Mental?
- Konsep-konsep atau teori-teori apa saja yang terkandung dalam rumpun ini.
- Bagaimana penerapan masing-masing konsep atau teori tersebut dalam perencanaan pengajaran?
Menurut Psikologi daya atau Faculty Psychology, individu atau siswa memiliki sejumlah daya atau kekuatan, seperti daya: mengindra, mengenal, mengingat, menanggap, mengkhayal, berpikir, merasakan, menilai, dan berbuat. Daya-daya itu dapat dikembangkan melalui latihan, seperti latihan mengamati benda, gambar, latihan mendengarkan bunyi dan suara, latihan mengingat kata, arti kata, dan letak suatu kota dalam peta. Latihan-latihan ini dilakukan melalui berbagai bentuk pengulangan. Dalam pelajaran pendidikan jasmani atau olahraga, guru-guru banyak menggunakan metode mengajar ini. Guru memberikan latihan secara berulang-ulang, untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berbagai keterampilan seperti: menangkap, melempar dan memukul bola dalam permainan kasti; loncat tinggi, lompat jauh, lempar lembing, dalam atletik.
Latihan ini bukan hanya berkenaan dengan daya-daya fisik dan motorik, tetapi juga daya mental. Untuk melatih daya ingatan, guru melatih anak menghafalkan sejumlah kata, nama, peristiwa, pengertian, dan sebagainya. Untuk menghafalkan perkalian, guru memberikan latihan raraban dan mencongak.
Teori kekuatan mental yang lain adalah Psikologi Tanggapan atau Vorstellungen. Karena pengembangan teori ini adalah seorang ahli psikologi berasal dari Jerman bernaman Herbert, maka psikologi ini disebut juga Herbatisme. Herbart menyebut teorinya sebagai teori Vorstellungen, yang dapat diterjemahkan sebagai tanggapan-tanggapan yang tersimpan dalam kesadaran. Setiap pengalaman, apakah yang diterima melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, dibaca, dipikirkan, dilakukan dan sebagainya. Akan memberikan bekas di dalam kesadaran. Bekas-bekas ini dapat dimunculkan kembali dalam bentuk tanggapan. Ada tiga bentuk tanggapan, yaitu: impresi, indra, tanggapan, atau bayangan dari inpresi indra yang lalu, dan perasaan yang menyertai impresi atau tanggapan tersebut, seperti senang atau tidak senang.
Tanggapan-tanggapan tersebut tidak semuanya berada dalam kesadaran, adakalanya juga berada dalam ketidak sadaran. Tanggapan-tanggapan itu berbeda-beda kekuatannya dan pengaruhnya terhadap kehidupan individu. Kehidupan individu dipengaruhi oleh tanggapan-tanggapan yang paling kuat.
Menurut teori ini belajar adalah mengusahakan adanya tanggapan sebanyak-banyaknya dan sejelas-jelasnya pada kesadaran individu, yang akan membentuk suatu struktur tanggapan. Tanggapan baru akan mudah diterima dan berada dalam kesadaran seseorang, apabila da tanggapan yang telah ada, serta karena adanya rasa senang terhadap yang ditanggapinya.
Dalam pelaksanaanya pengajarannya, guru yang menggunakan metode mengajar tanggapan, memilih dan menyusun bahan ajaran secara sederhana, menyajikannya secara menarik dan berulang-ulang, kait-mengkait antara satu dengan yang lain. Jadi dalam pelaksanaan mengajar banyak persamaannya dengan psikologi daya yang menkankan ulangan-ulangan, tetapi tujuan agak berbeda yaitu agar terbentuk tanggapan yang jelas sebanyak mungkin serta ada kaitan antara satu tanggapan dengan yang lainnya.
Teori Kekuatan Mental yang ketiga adalah Naturalisme Romantik. Teori ini berasal dari Jean J. Rousseau, menurut Rousseau anak memiliki potensi atau kekuatan yang masih terpendam, yaitu potensi berpikir, berperasaan, berkemauan, keterampilan, berkembang, mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukan. Melalui berbagai bentuk kegiatan dan uasaha belajar anak mengembangkan segala potensi yang dimiliknya. Berbeda dengan teori-teori lain, menurut Rousseau anak tidak usah terlalu banyak diatur dan diberi, biarkan mereka mencari dan menemukan dirinya sendiri, sebab menurut dia anak dapat berkembang sendiri.
Bagi teori ini tugas guru tidak jauh berbeda dengan tugas seorang petani dalam mengembangkan tanaman. Tanaman telah mempunyai potensi-potensi sendiri, tugas petani hanya menyediakan tanah yang gembur, air dan cahaya yang cukup, diberi pupuk dan dihindarkan dari hama. Tanaman akan tumbuh, berdaun, berbunga dan berbuah sendiri, tidak perlu dipaksa. Demikian juga dalam mengajar, guru tidak perlu memaksa anak. Tugas guru adalah menyediakan bahan ajaran yang menarik perhatian dan minat anak, sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memberi motivasi dan bimbingan sesuai dengan sifat dan kebutuhan anak. Dengan cara seperti itu anak akan berkembang secara optimal.
Konsep-konsep belajar-mengajar yang mengaktifkan siswa, seperti Cara Belajar Siswa Aktif, Belajar Inkuiri Diskaveri, Pemecahan Masalah, Keterampilan Proses, Belajar dengan Memanfaatkan Lingkungan, dan sebagai antara lain didasari oleh teori ini.
Sumber. Perencanaan Pengajaran, R.ibrahim, Nana Syaodih S, Penerbit rineka cipta, Jakarta, 2010
No comments:
Post a Comment