Pada tahun 1927 seorang penduduk Madrid, Don Santiago memberanikan diri membawa kesebelasan Real Madrid untuk suatu turnamen ke Amerika Serikat. Perlawatan itu menghasilkan cukup banyak pendapat, karena itu para pemain Real Madrid memutuskan srentak menandatangani kontrak sebagai pemain bayaran. Peristiwa itulah yang menandai pertamakalinya sepakbola bayaran di Benua Eropa. Sebelumnya sudah ada sepakbola profesional di Inggris, tetapi masih belum jelas, baru sesudah Spanyol menjadi pionernya, maka sepakboal profesional merajalela.
Menjelang perang dunia II sudah seluruh "Eropa Bebas" (non komunis) menganut sepakbola bayaran, kecuali Jerman (belum ada barat dan timur), Netherland, Belgia dan negara-negara skandinavia. Tetapi segera sesudah perang dunia II negara-negara inipun turut mengadakan sepakbola bayaran, karena terpaksa, semua pemain-pemain terbaiknya "dibeli" luar negeri. Dari uraian terlintas nyatalah bahwa sepakbola profesional berlaku di negara-negara bebas, non komunis.
Ilustrasi singkat tersebut, menggambarkan kasus dalam olahraga profesional. Artinya seorang profesional bermain untuk memperoleh bayaran sebagai mata pencaharian.
Profesional dalam olahraga adalah dengan bayaran. Sebagai mata pencaharian karenanyaseorang profesional tidak lagi dapat disebut bermain akan tetapi bekerja. Ia tidak lagi berolahraga karena kesenangan untuk memperoleh uang sebagai nafkah hidupnya. Meskipun demikian tidak dapat dikatakan bahwa seorang profesional itu tidak sportif lagi.
Jika seorang olahraga profesional bermain kasar, licik atau curang ia tidak akan disukai oleh oenintin yang membayarnya dengan membeli karcis. Olahragawan profesional demikian akan kehilangan penggemarnya. Seorang profesional tetap berusaha keras atau berjuang untuk tantangan yang dihadapinya bahkan dengan keterampilan yang tinggi dari kegiatan fisik yang dikerjakannya.
Di Indonesia profesional dibenarkan karena dapat memperluas lapangan kerja. Organisasi profesioanl dalam olahraga mempunyai aturan tersendiri dan tidak sama dengan organisasi olahraga biasa pada umumnya. Administrasi olahraga profesional diatur sebagai administrasi niaga yang dipimpin oleh seorang manajer.
Roda administrasi dijalankan oleh sejumlah pegawai yang juga digaji dan tidak dilakukan oleh orang-orang yang secara sukarela menjadi pengurus seperti dalam olahraga biasa yakni mereka yang menjadi anggota organisasi olahraga amatir. Profesional di Indonesia belum berkembang seperti di negara lain khususnya di negara-negara liberal.
Di negara-negara sosialis tidak kenal profesionalisme. Segala segi kehidupan di sana diatur dan menjadi tanggung jawab negara. Demikian pula halnya dengan olahragawan, kehidupan mereka dijamin pemerintah dan memperoleh gaji seperti pagawai negeri. Mereka tidak memperoleh bayaran karena prestasinya tetapi sebagai warga negara mereka bekerja untuk negara dengan melatih diri dan bertanding sebagai tugasnya. bagi mereka ini diberikan status amatir negara. Jadi bukan profesional meskipun segala kebutuhannya disediakan pemerintah termasuk failitas latihannya, tetapi bukan pula amatir yang berolahraga demi kesenangan belaka.
Bagaimana dengan mereka yang yang amatir tetapi segala fasilitas latihan dan tidak pertandingan tidak mereka biayai sendiri dengan memperoleh hadiah-hadiah dalam jumlah besar sebagai penghargaan atas prestasi yang tinggi? Mereka ini disebut amatir semu.
Anda sekarang belajar untuk menjadi seorang guru olahraga sebagai profesi anda kelak. Andapun harus jadi seorang profesional dalam bidang tugas anda. Apakah dengan demikian anda digolongkan sebagai profesional bila anda juga seorang olahragawan dan turut serta dalam berbagai kesempatan pertandingan? Jawabannya tidak, karena sebagai guru tugas anda mendidik siswa. Tugas anda diluar organisasi olahraga profesional dan anda tidak melatih para atlet yang khusus dipersiapkan untuk dipertandingkan bayaran. Rupanya di seluruh negara di dunia ini sepakat tentang ini. Anda harus jadi seorang profesional dalam bidang anda, artinya anda harus menjadi seorang yang benar-benar ahli dan dapat diandalkan.
H.J.S Husdarta, 2010, Sejarah dan Filsafat Olahraga, Alfabeta, Bandung
No comments:
Post a Comment