Artikel Terbaru

Tuesday, October 27, 2020

CEDERA PADA BAGIAN KEPALA PADA SAAT OLAHRAGA

Cedera pada kepala dapat menganai bagian luar atau pelindung bagian dalam (otak). Khusus untuk cedera kepala dapat disebabkan karena pukulan yang terus menerus seprti pada cabang olahraga kontak tubuh.   


Ciri umum yang dapat dikenali dari cedera kepala adalah:

a. Pusing yang berat, pingsan.

b. Terjadi pendarahan luar yang keluar dari hidung, mulut, dan telinga.

c. Terjadi pendarahan dalam dengan ciri atlet langsung mengalami muntah, pusing, dan akhirnya tidak sadarkan diri.

d. Atlet mengalami koma yang cukup lama dan adakalanya meninggal.

Kemungkinan jenis cedera yang terjadi pada bagian kepala adalah:

A. Komosio Serebri (geger otak)

Komosio serebri sering terjadi pada cabang olahraga tinju, beladiri, balap sepada, rugby, maupun cabang olahraga yang menggunakan bola besar dan bola kecil. Ciri atlet yang mengalami komosio serebri adalah kehilangan kesadaran untuk sementara waktu saja tanpda disertai kelainan pada jaringan otak.

Gejala umum pada geger orak dikenal dengan trias sindrom yaitu: mual samppai muntah, pusing/sakit kepala yang berat, dan pingsan atau tidak sadarkan diri.

Bila didapatkan gejala trias di atas, maka pelatih atau dokter pertandingan harus secepatnya memberikan pertolongan pertama:

a. Mengeluarkan atlet dari arena pertandingan, untuk kemudian diistirahatkan dalam kamar yang nyaman dan tenang.

b. Posisi tidur terlentang, tanpa bantal, letak kepala dimiringkan agar muntahan keluar dari mulut dnegan mudah.

c. Selanjutnya pengecekan pada pupil mata sambil melihat besarnya pupil kanan dan kiri.

d. Bila diperoleh pupil mata kanan dan kiri tidak sama besarnya, maka atlet harus segera dikirimkan ke RSU untuk pengecekan lanjutan, karena dimungkinkan terjadi kerusakan pada jaringan otak.

e. Walaupun dalam keadaan tidak sadar, sewaktu pengiriman atlet tetap tidak boleh menggunakan bantal.

B. Kuntosio Serebri (memar otak)

Kuntosio serebri menunjukan gejala yang sama dengan geger otak, namun biasanya lebih hebat, karena atlet kehilangan kesadaran dalam jangka waktu yang relatif lebih lama disertai dengan kelainan jaringan otak.

Gejala yang dapat dipahami oleh si penolong dalam kondisi kuntosio adalah: muntah, berkeringat dingin yang berat/pusing, hilang kesadaran, dan amnesia.

Pertolongan pertama yang dapat diberikan adalah:

a. Atlet ditidurkan dalam posisi kepala miring agar tidak terjadi aspirasi (masuknya kotoran dari muntahan atau darah)

b. Mulut dan hidung dibersihkan dari muntahan agar bebas bernapas.

c. Dagu ditarik ke depan supaya pangkalan lidah tidak jatuh ke balakang.

d. Sewaktu dibawa ke rumah sakit posisi kepala tetap tidak diberi bantal.

C. Pendarahan Subdural

Pendarahan subdural adalah pendarahan yang terjadi di bawah selaput otak/durameter dan yang pecah terjadi pada pembuluh darah vena. Terjadinya perlahan dan makan lama darah makin banyak keluar sehingga menekan jaringan otak.

Pendarahan subdural banyak terjadi pada atlet tinju dan beladiri, walaupun tidak menutup kemungkinan dari cabang lainnya, baik karena faktor traumatic/akut maupun karena faktor kronik (berulang).

Pendarahan subdural mempunyai 3 stadium:

a. Stadium akut

b. Stadium sub-akut

c. Stadium kronik.

D. Pendarahan Epidural

Pendarahan epidural adalaj pendarahan di atas selaput otak karena pecahnya pembuluh darah arteri (arteria meningea media). Gejala umum yang dapat difahami adalah:

a. Setelah cedera pasien kehilangan kesadaran sebentar kemudian sadar lagi.

b. Beberapa waktu kemudian pasien ngantuk, kesadaran menurun lalu pasien jatuh dalam kesadaran tidak sadarkan diri.

c. Ketidaksadaran disertai dengan kelumpuhan separuh badan pada sisi yang berlawanan dengan lokasi cedera, disertai dengan pupil mata yang tidak sama besar dan pupil mata edema/bengkak.

d. Selanjutnya terjadi kejang-kejang dan akhirnya meninggal bila tidak mendapatkan pertolongan yang tepat dan segera.

Pertolongan pertama harus tepat dan segera pada pasien, bila terjadi kehilangan kesadaran, secepatnya harus dikirim ke RSU untuk mendapatkan pengawasan dan perawatan yang spesifik.

E. Sinkop

Sinkop adalah pingsan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang komplkes, yang ditandai dengan kehilangan kesadaran tiba-tiba disertai dengan menurunnya tonus otot. Gejala yang umum pada sinkop adalah: perasaan sakit kepala ringan, pusing, dan melemahnya menurun tonus otot.Serangan sinkop mempunyai patofiologi: gangguan sirkulasi otak, gangguaun metabolisme otak, dan perubahan psikomatik.

Pertolongan pertama bila ditemui gejala sinkop adalah: membaringkan pasien ti tempat yang teduh, memberikan wangi-wangian yang kuat yang mampu merangsang kesadaran pasien, dan bila dalam waktu beberapa menit pasien tidak kembali kesadarannya, maka lakukan pengecekan lebih lanjut dnegan mambawa pasien ke RSU.

F. Sindrom POst-Traumatik

Setelah pengobatan dan perawatan pada cedera kepala dianggap selesai dan dinyatakan sehat kembali, namun adakalanya pasien mengalami post-traumatik sindrom yang merupakan kompinasi antara fisiopatologi dan psikopatologi dengan gejala-gejala sebagai berikut:

a. Sering mengeluh sakit kepala atau pusing.

b. Mengeluh cepat merasa lelah.

c. Berkurangnya konsentrasi dalam waktu yang realtive lama.

d. Mengalami depresi dan ketidakstabilan emoasi.



Sumber:  Hj. Dewi Laelatul Badriah; 2013; Cedera Olahraga; Multazam;  Bandung

No comments:

Post a Comment