Artikel Terbaru

Thursday, September 10, 2020

BAGAIMANA METODE PERTOLONGAN PERTAMA PADA BEBERAPA JENIS CEDERA

Pada beberapa kasus cedera, seyogianya kita dapat memberikan pertolongan pertama dengan tepat sehingga cedera dapat diminimalkan. Dalam bahasan selanjutnya akan dipaparkan sebagai berikut:


1. Metode Pengujian pada Strain dan Sprain
Sebelum memberikan pertolongan pertama pada strain dan sprain, kita dapat melakukan uji strain dengan menggunakan metode tahan dan palpasi dan uji sprain dengan menggunakan metode tarikan dan palpasi.

Metode tahan dan tarikan yang disertai dengan palpasi akan berhasil bila dilakukan segera setelah terjadinya cedera, karena reaksi/respons inflamasi belum terjadi  atau belum meluas dan hebat. Metode tahanan dan tarikan yang disertai palpasi pada strain dan sprain bermanfaat untuk:
  • Mengetahui derajat cedera yang terjadi
  • Melokalisir tempat cedera
  • Menyakinkan kondisi atlet apakah sudah sehat dan normal atau belum
1) Metode tahan untuk strain
yang dimaksud dengan metode tahanan adalah kita melakukan tahanan terhadap kontraksi otot pada satu/sekelompok otot/tendon yaitu dengan cara menahan bagian yang dekat dengan insersio otot-otot tersebut.

Mekanisme metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
  • Pada waktu kontraksi otot kita tahan, maka si pasien akan merasakan nyeri di tempat yang cedera. Secara obyektif kita dapat memeriksanya dengan melakukan palpasi bagian otot/tendon yang dicurigai mengalami cedera.
  • Selanjutnya bila kita tekan bagian yang cedera, si pasien akan merasakan nyeri dan bila dilakukan perabaan akan teraa cekungan yang dalam. Cekungan yang dalam sebagai pertanda adanya robekan otot yang besar sehingga dapat ditetapkan sebagai derajat sedang dan berat.
2) Metode tarikan untuk sprain
Metode tarikan adalah metode yang digunakan untuk mengukur ligamen mana yang mengalami cedera dan bagian cedera terebut sampai derajat berapa. Metode tarikan dilakukan dengan cara menarik ligamen yang cedera. Saat terjadi penarikan, maka ligameb yang cedera akan terasa nyeri. Selanjutnya untuk mengetahui lebih pasti tempat dan derajat cedera, maka dilakukan palpasi. Dengan palpasi kirta akan merasakan ketidksinambungan, serta terabanya sebuah lubang untuk mengukur derajat cedera.
 
Dengan melakukan palpasi, memang tidak terlalu akurat, karena ligamen terbungkus oleh otot/tendon. Bila metode tarikan dilakukan bagian yang dicurigai cedera tidak terasa sakit, tetapi bila pergerakan sendi menjadi lebih luas dibaningkan dengan sendi yang normal/sehat, maka dapat ditentukan telah terjadi sprain derajat berat atau ligamen dalam keadaan putus total.


3) Pertolongan pertama pada strain dan sprain
    Pertolongan pertama pada strain dan sprain dapat ditegakkan sesuai dengan derajat cedera yang terjadi:


  • Strain dan sprain derajat I atau ringan, yang harus dilakukan segera adalah istirahat dan tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut.
  • Strain dan sprain derajat II atau sedang, harus segera dilakukan RICE dan tindakan imobilisasi (agar bagian yang cedera tidak melus) dengan cara balut tekan (bandaging atau taping), spalk maupun gips. Upaya ini membutuhkan waktu 3-6 minggu, tergantung bagian tubuh yang mengalami cedera.
  • Strain dan sprain derajat III atau berat, harus segera dilakukan RICE dan segera dirujukkan ke RSU untuk dijahit bila terjadi putus otot/tendon/ligamen atau dilakukan persambungan bila terjadi urai sendi.


Sumber: Cedera Olahraga; Hj. Dewi Laelatul Badriah; Penerbit Multazam; 2013; Bandung

No comments:

Post a Comment