Apabila ditinjau dari katanya, discaver berarti menemukan, sedangkan discavery adalah penemuan. Dalam kaitannya dengan pendidikan, Oemar Hamalik menyatakan bahwa discavery adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan. Dengan kata lain, kemampuan mental intelektualmerupakam faktor yang menentukan terhadap keberhasilan mereka dalam menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi, termasuk persoalan belajar yang membuat mereka sering kehilangan semangat dan gairah ketika mengikuti materi pelajaran.
Strategi pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh Bruner ini menitikberatkan pada kemampuan para anak didik dalam menemukan sesuatu melalui proses inquiry (penelitian) secara terstruktur dan terorganisir dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Siregar bahwa discavery by learning adalah proses pembelajaran untuk menenmukan sesuatu yang baru dalam kegiatan belajar mengajar.Proses belajar dapat menemukan sesuatu apabila pendidik menyusun terlebih dahulu beragam materi yang akan disampaikan, selanjutnya mereka dapat melakukan proses untuk menemukan sendiri berbagai hal penting terkait kesulitan dalam pembelajaran.
Dalam tataran aplikasinya, discavery strategy disajikan dalam bentuk yang cukup sederhana, fleksibel, dan menadiri. Kendati demikian, masih diperlukan adanya pengakajian-pengkajian secara empiris dan praktis yang menuntut anak didik lebih peka dalam mengoptimalkan kecerdasan intelektual dengan matang, tanpa banyak bergantung pada arahan guru.
Dalam sistem belajar-mengajar, guru tidak langsung menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang utnuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) yang sudah menjadi pijakan dalam penganalisis masalah kesulitan belajar.
Sebenarnya, istilah dscavery strategy dalam dunia pendidikan sudah mendapatkan perhatian dari elemen guru, terutama sekolah-sekolah yang berbasis kejuran. Akan tetapi, hal ini masoh dala tahap pematangan untuk diterapkan pada semua jenjang pendidikan yang mengorientasikan anak didiknya agar dapat menembangkan potensi dan keterampilan yang dimilikinya.
Discavery strategy banyak diterapkan di berbagai sekolah yang menekankan pada pengembangan diri (self development). Penerapan ini membutuhkan keseriusan dari pihak guru dan anak didik dalam merealisasiakn strategi pembelajaran yang bersifat praktis, dinamis, dan kreatif. Tidak heran bila Drs. Mulyasa seorang pakar kurikulum, menyatakan bahwa discavery strategy merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung dilapangan, tanpa harus selalu bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam pedoman buku pelajaran. Dengan kata lain, proses pembelajaran lebih diproyeksikan daripada hasil yang hendak dicapai melalui perwujudan pembelajaran. Apalagi, proses pembelajaran ini tidak menekankan agar para peserta didik dapat segera menguasai materi yang diajarkan, melainkan lebih menekankan pada pemahaman mereka, sehingga memberikan keyakinan utuh bagi pengembangan intelektual mereka selanjutnya.
Pada perkembangan selanjutnya, para anak didik diminta untuk mengambil kesimpulan dari suatu persoalan yang telah dibahas sebagai bahan pengkajian analis dan prosedur penelitian, serta penilaian terakhir dalam pembelajaran. Dengan jalan lain, mereka akan termotivasi untuk berpikir solutif, inovatif, dan praktis sehingga pada akhirnya mereka mampu mengambil kesimpulan dan jawaban yang benar-benar valid mengenai suatu persoalan yang sedang diujikan.
Pengertian discavery strategy tersebut, setidaknya memberikan gambaran dan acuan fundamental untuk memahami secara mendalam apa dan bagaimana sebenarnya substansial pembelajaran discavey strategy yang dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan, terutama pendidikan kejuruan. Kegiatan discavery strategy di sekolah akan menjadi wadah pembelajaran yang kreatif dan progresif.
Sumber: Pembelajaran Discavery Strategy dan Mental Vocation Skill; Muhammad Takdir Ilahi; Penerbit Diva Press; 2012; Jogjakarta
No comments:
Post a Comment