Artikel Terbaru

Wednesday, August 5, 2020

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS DAN CARA PENYUSUNANNYA

Dalam uraian tentang jenjang-jenjang tujuan pendidikan pada bagian yang lalu dikemukaka bahwa dalam pengembangan kurikulum dan perencanaan pengajaran, dibedakan antara tujuan-tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan-tujuan instruksional khusus (TIK). Salah satu lengkah penting yang perlu dilakukan guru dalam kegiatan perencanaan pengajaran ialah menetapkan dan merumuskan tujuan-tujuan instruksional khusus atau TIK.

1. Ciri Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Seperti yang telah disinggungkan bagian terdahulu, dilihat dari tingkat kekhususannya, tujuan pengajaran dapat berupa tujuan instruksional umum dan instruksional khusus. Tujuan instruksional umum dapat dilihat di dalam GBPP, sedangkan tujuan instruksional khusus harus dirumuskan sendiri oleh guru yang bersangkutan berdasarkan tujuan instruksional khusus (TIK) berisi sejumlah kemampuan yang lebih spesifik yang dijabarkan dari dan untuk menunjang pencapaian kemampuan yang terkandung dalam tujuan instruksional umum.

Susunan kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam rumusan TIK yang dijabarkan dari TIU, mengandung berbagai sifat, antara lain:
- Bertingkat, atau hierarkikal di mana kemampuan-kemampuan tersebut tersusun dari yang lebih sederhana/mudah ke yang lebih kompleks/sulit, dan pada umumnya kemampuan yang lebih sederhana merupakan prasyarat untuk menguasai kemampuan yang lebih kompleks.
- Setara, atau merupakan kelompok di mana kemampuan-kemampuan tersebut mencakup hal-hal yang sejenis tanpa mengandung hubungan prasyarat.
- Berurutan, atau prosedur di mana kemampuan yang satu merupakan kelanjutan dari kemampuan yang laun secara berurutan tetapi tidak merupakan prasyarat.
- Kombinasi dari dua/lebih sifat tersebut di atas.

Sebagai kemampuan-kemampuan yang dijabarkan dari TIU,TIK memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Spesifik atau khusus, dalam arti bahwa perilaku yang terkandung di dalamnya sudah dibatasi lingkupnya.
b. Operasional, dalam arti bahwa perilaku yang terkandung di dalamnya kongkret dan dapat diamati.
c. Dapat diukur, dalam arti bahwa terwujud tidaknya perilaku yang dimaksud dalam diri siswa dapat diukur melalui alat ukur yang ada.

Sehubungan dengan ciri-ciri tersebut, dalam merumuskan TIK sebaiknya dihindari penggunakan istilah-istilah (kata kejra) yang abstrak/kurang operasional seperti mengetahui, memahami, menghargai, menguasai, dan sejenisnya. Kata-kata kerja yang dianjurkan untuk digunakan dalam rumusan TIK adalah kata-kata kerja yang kongkret/operasional seperti:
menyebutkan - menjelaskan - memilij
menguraikan - membedakan - menentukan
menghitung - membangdingkan - menyusun

Dengan cirinya yang spesifik, operasional, dan dapat diukur. TIK akan dapat memberikan arahan yang lebih jelas serta kemungkinan untuk ditafsirkan artinya oleh pembaca.
Suatu rumusan TIK yang lengkap memiliki unsur di dalamnya yaitu:
1) Unsur Siswa atau Audience (A)
2) Unsur Perilaku atau Behavior (B)
3) Unsur Kondisi atau Condition (C)
4) Unsur Standar atau Degree (D)

2. Cara Menjabarkan TIU Menjadi TIK
Langkah pertama yang harus dibuat guru dalam merencanakan pengajaran untuk suatu pokok/satuan bahasan dalam kurikulum adalah merumuskan TIK yang menjabarkan dari TIU yang ingin dicapai melalui pokok/satuan bahasan yang bersangkutan.
Mengingat TIU adalah tujuan yang penting untuk dicapai oleh para siswa, perlu diupayakan agar TIK yang dijabarkan dari padanya betul-betul mencerminkan apa yang dimaksud oleh TIU tersebut. Untuk itu, dalam menjabarkan TIK dari TIU, perlu ditempuh prosedur kerja sebagai berikut: menelaah TIU, menentukan sebkemampuan, dan rumuskan TIK.

3. Penentuan TIK yang Sesuai dengan Kebutuhan Siswa

Agar perencanaan pengajaran yang dibuat bersifat efisien, perlu diupayakan agar TIK-TIK yang kita rumuskan betul-betul mengandung perilaku, kemampuan yang perlu dan belum dikuasai oelh para siswa.
Untuk itu, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Analis kemampuan dalam TIU hendaknya dilakukan dengan hati-hati agar dapat dihasilkan subkemampuan yang betul-betul relevan untuk mencapai TIU.
b. Setelah analisis tersebut selesai dilakukan, perlu diupayakan pengecekan seberapa jauh siswa-siswa telah menguasai subkemampuan tersebut.
c. Berdasarkan hasil a dan b di atas, dapat ditetapkan subkemampuan mana yang akan dirumuskan menjadi TIK, dan mana yang tidak, berhubungan sudah dikuasai oleh siswa-siswa, atau kurang begitu penting yang untuk dicapai.
d. Selanjutnya subkemampuan tersebut perlu diuratkan agar jelas mana yang akan diajarkan dahulu dan mana yang kemudian

dari uraikan singkat diatas dapat disimpulkan bahwa penting tidaknya suatu kemampuan serta perilaku/kemampuan awal siswa dipertimbangkan dalam merumuskan tujuan instruksional khusus atau TIK.

Sumber: Perencanaan Pengajaran, R Ibrahim, Nana syaodih S, Penerbit rineka cipta, Jakarta, 2010. 

No comments:

Post a Comment