Artikel Terbaru

Monday, August 17, 2020

SEJARAH SEPAK TAKRAW

  Olahraga sepak takraw merupakan olahraga tradisional dari bumi Indonesia dan telah lama berkembang di tanah air, denagn banyak dimainkan oleh masyarakat Indonesia terutama yang bermisili di daerah pantai, seperti Kepulauan Riau, Sumatera bagian Barat dan Makassar. Permainan sepak takraw tersebut dahulu di Makasar sering disebut sepak raga yang banyak dimainkan oleh para nelayan sebagai pengisi waktu luang sebelum mereka melaut.

Di berbagai saerah sepak raga dijadikan permainan yang dipertunjukkan bila ada perlahelatan negeri. Di Sulawesi Selatan sepak raga merupakan permainan anak raja. Adapun arti permainan dalam bahasa Bugis disebut "marraga" atau "mdaga", dalam bahasa Makassar disebut "akraga" sedangkan di Sumatera disebut "bermain rago" dan Nusantara disebut "sepak raga". Di Sri Lanka, permainan ini disebut "raga", di Filipina "sipa", dan di Cina "teng chew", sedangkan di Myanmar dinamakan "chin long", di Malaysia dan Singaparna hampir sama seperti di Sumatera, permainan ini disebut "sepak raga" (Denny,1996)

Sepak takraw sebagai suatu permainan yang didominasikan oleh kaki yang memainkan bola takraw di atas lapangan seluas bulutangkis dan dipertandingan antara dua regu yang saling berhadapan dengan jumlah pemain masing-masing 3 orang. Pada awalnya olahraga sepak takraw ini pada zaman dahulu dimainkan oleh para bangsawan di Sulawesi Selatan yang dimainkan oleh 6-9 orang secara melingkar di suatu tempat terbuka, sebagai hiburan sebagai pengisi waktu senggang.

Olahraga sepak takraw amat lekat dengan kehidupan masyarakat di Sulawesi Selatan. Takraw alias sepak raga sudah menjadi semacam ciri khas daerah ini. Pada setiap kesempatan untuk menampilkan ciri khas daerah ini, salah satu yang sering diketengahkan adalah permainan sepak takraw dengan latar belakang rumah adat Sulawesi selatan, Beddu Amang Menjelskan bahwa sepak raga merupakan bagian dari budaya daerah Sulawesi Selatan (Amang, 1996)

Olahraga ini telah pula menjadi bagian dari budaya Melayu, Minangkabau dan beberapa daerah lain di Indonesia, memperkuat pendapat yang mengatakan bahwa sepak raga merupakan olahraga asli Indonesia. Dengan berkembangnya cabang olahrga ini di Tanah Air, maka dirasakan perlu adanya suatu wadah pembinaan yang lebih terarah ke arah usaha mengambilkan gerakan pembinaan olahraga tradisional rakyat.

Dengan dukungan dari daerah, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Sulawesi Selatan, dalam pertemuan di Jakarta pada tahun 1971 telah dibentuk Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia, yang disingkat PERSERASI. Selama 15 tahun (1971-1986) sepak raga diisi dengan kegiatan pengenalan dan permasalahan cabang olahraga ini kepada segenap warga masyarakat.

Dalam perkembangan berikutnya, tahun demi tahun, beberapa daerah yang membentuk pengurus daerah dan terus bertambah. Sesuai dengan kondisi tersebut, pembentukan wadah dan pengurus daerah sampai cabang di Dati II dan ranting di Kecamatan dimulai dari 'atas". Pengurus daerah ditugasi membentuk pengurus cabang, pengurus cabang membentuk ranting.

Setelah 5 tahun berlangsung usaha pemassalan, maka pada tahun 1976 dilangsungkan Kejuaraan Nasioanl pertama di Jakarta diikuti 4 daerah. Usaha untuk menunjang pemasalan dilakukan denga menyelenggarakan berbagai pelatihan, seperti pelatihan pelatih, wasit dan pembuatan bola. Status PERSERASI selama 10 tahun pertama (1971-1981) merupakan anggota fungsional KONI.

Setelah memperhatiakn kegiatan pembinaan yang cukup terencana, maka tahun 1981 PERSERASI resmi diterima sebagai anggota KONI. Kemudian pada tahun 1987-1996 selama 9 tahun, PERSERASI berganti nama menjadi PERSETASI (Persatuan Sepak Takraw Seluruh Indonesia) dan mulai tahun 2005 sesuai hasil munas PERSETASI berubah nama menjadi PTSI (Persatuan Sepak Takraw Indonesia).

Dalam perkembangan olahraga sepak takraw di tanah air, peta presstasi selalu didominasi oelh atlet Riau dan Sulawesi Selatan, kemudian mulai muncul Sulawesi Tenggara, Lampung dan Jawa Tengah mulai muncul ke permukaan arena sepak takraw nasional. Dari peta prestasi tersebut di atas dapat dilihat harapan perkembangan prestasi pada cabang olahraga sepak takraw di masa yang akan datang.

Perkembangan sepak takraw begitu cepat sehingga beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur mengalami kemajuan yang pesat dalam pemassalan dan pembinaan ini dapat dibuktikan bahwa pada PON 2000 di Surabaya dan PON 2004 di Palembang. Tim sepak takraw Jawa Tengah telah mampu berprestasi dengan merebut medali emas, demikian juga dalam Pekan Olahraga Nasional untuk tingkat pelajar SLTP dan SLTA di Makassar 2003 Tim Putra Jawa Tengah berhasil sebagai Juara 1.

Sepak takraw pertama kali mengikuti PON pada tahun 1981, PERSERASI meloloskan 5 daerah dengan jatah 52 orang. Pada PON X/1981 ini juga disebut pula Kejurnas IV yang merupakan seleksi pemain untuk SEA Games 1981 di Manila.

Perkembangan sepak takraw di tingkat internasional mulai menanjak pada tahun 1996 sampai sekarang. Ada sejunlah events internasional yang diikuti mulai Mei 1996; Prince Cup di Thailand (sepak takraw wanita), Hanoi Open (regu putra), Kejuaraan Pelajar ASEAN (ASEAN School), ISA CUP (Regu Outra di Malaysia), king's Cup, SEA Games dan Asian Games. Pada periode tahun 1996 ini prestasi terus meningkat dan secara keseluruhan sepak takraw Indonesia telah mulai merebut tempat-tempat yang terhormat. Dan yang terakhir pada event ASIAN School di Malaysia pada tahun 2006, tim pelajar Indonesia mampu meraih mendapatkan medali perunggu.

Pada bulan Juli 1996, regu putri Riau dikirim ke Prince Cup di Bangkok tetapi tak ada hasil, Oktober 1996 atlet PPLP Makassar dikirim ke ASEAN School dan merebut medali perunggu. Oktober 1996, dikirim mengikuti Hanoi Open dan berhasil meraih medali emas setelah di final mengalahkan regu Thailand.

Pada King's Cup bulan Juni 1997 di Bangkok, Indonesia mengirimkan full team. Regu dan tim putera beroleh perunggu, demikian pula regu dan tim putri. King's Cup menjadi ajang uji coba menghadapi SEA Games 1997 di Jakarta, bulan Agustus 1997 di SEA Games ini tim sepak takraw Indonesia berhasil merebut 4 medali perunggu.

Perkembangan tersebut berkaitan dengan meunculnya pembinaan yang terarah berkesinambungan, yaitu dengan adanya pusat-pusat latihan pelajar dan klub-klub olahraga pelajar. PPLP dan Klub Olahraga Pelajar tersebut banyak terdapat di berbagai provinsi dan juga terdapat berbagai 16 cabang olahraga lain yang dibina oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Perkembangan terakhir sepak takraw pada event Asian Games di Guangzhou China pada tahun 2010, regu putra mendapatkan medali perunggu, sedangkan outri baru pertama kali mengikuti event ASIAN Games mendapatkan medali perunggu. Demikian juga pada level Asian Beach Games cabang Sepak takraw Indonesia mampu merain 3 medali perunggu, yakni pada nomor tim putra, tim putri, dan regu putri.



Sumber: Keplatihan dasar Sepak Takraw; Achmad Sofyan Hanif; Penerbit Rajagrafindo Persada; 2015; Jakarta

No comments:

Post a Comment