Artikel Terbaru

Monday, August 10, 2020

PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF UNTUK PDBK TUNANETRA

    Gangguan penglihatan secara langsung memperendah mutu gerak dan kemampuan perseptual motorik karena seseorang tidak mampu mempersepsi rangsangan visual secara normal.

Tugas guru pendidikan jasmani adaptif adalah membangkitkan sikap positif dan motifasi untuk tetap berpartisipasi secara aktif sesuai dengan kemampuannya.


a. Kesegaran Jasmani dan Gerak

Peserta didik berpenglihatan terbatas seharusnya membutuhkan kesegaran jasmani dan gerak yang kebih baik dari pada yang berpenglihatan pada umumnya, karena bagi yang berpenglihatkan terbatas melakukan satu gerak memerlukan usaha yang lebih daripada hal yang diperlukan lainnya (buell, 1973). Gerak tanpa melihat kurang efisien dalam penggunaan energi daripada gerak dengan melihat. Aktivitas yang tidak sukar yang menekankan pada pengembangan kekuatan dan daya tahan kardiovaskuler bagi berpenglihatan terbatas merupakan sesuatu yang perlu ditekankan.

Kekuatan dapat dikembangkan dengan aman bagi peserta didik melalui aktivitas mendorong, menarik, dan mengangkat seperti angkat beban menggunakan alat universal (muali dengan tanpa beban terlebih dahulu, kemudian diberi beban);

- Latihan isometrik

- Memanjat tali jala yang digantungkan

- Lari ditempat

- sepeda yang berada di tempat

- Lari menempuh jarak tertentu (memakai tredmill)


b. Keterampilan dan Pola Gerak Dasar

ABK yang menyandang Tunanetra kurang memiliki pengetahuan atau gambaran tentang tubuhnya dan orientasi ruang. Kesadaran tentang tubuh dan hubungannya dengan ruang merupakan dua hal yang paling dibutuhkannya. Kelas pendidikan jasmani perlu mencakup berbagai macam aktivitas jasmani yang tidak rumit yang dapat mengembangkan kedua kebutuhan tersebut disamping kesimbangan. Aktivitas itu dapat berupa:

1. Menyebutkan bagian-bagian tubuh

2. Menggerakkan bagian-bagian tubuh secara terpisah, PDBK tunanetra untuk melakukan keterampilan dan pola gerakan dasar bisa dengan hal seperti berikut;



3. Mengkoordinasikan gerakan dari dua bagian tubuh.



4. Merasakan ukuran dari bagian tubuh, PDBK tunanetra membedakan bentuk bagian dari anggota badan melalui perabaan.


5. Memelihara kesimbangan di atas balok kesimbangan yang rendah.


c. Aktivitas Individual dan Kelompok


PDBK tunanetra dengan aman dapat berpartisipasi hampir dalam semua aktivitas dan kelompok. PDBK penyandang tunanetra dapat mengikuti kelas pendidikan jasmani dengan peserta didik pada umumnya. French dan Jansma memberikan beberapa pedoman untuk mengadaptasikan permainan agar peserta didik berpenglihatan terbatas dapat ambil bagian secara aman dan sukses (1981;211), yaitu dengan cara:


1) Tempatkan alat yang berbunyi dalam bola, pada gawang, dalam keranjang dan pada tempat hinggap.

2) Gunakan formasi rantai

3) Aktivitas dimulai dari tempat yang tepat

4) Memanfaatkan keadaan permukaan tempat bermain (rumput yang tingginya berlainan, pasir, tanah) untuk menyatakan batas lapangan permainan dan daerah luar batas permainan

5) Ubah susunan tekstur dari alat

6) Gunakan dinding yang telah dilapisi/ditutup dengan bahan yang lunak.

7) Gunakan sempritan, memanggil atau meneriakkan nama

8) Ukuran lapangan permainan diperkecil

9) Batasi jumlah peserta dari kedua tim

10) Bermain dengan gerakan lambat bila memperkenalkan permainan baru.

11 Gunakan bau sebagai tanda dalam situasi tertentu

12) Beritahu pemain yang lain bila seseorang pemain lain meninggalkan lapangan atau daerah permainan.



Sumber: Pendidikan Jasmani Adaptif Bagi Anak Berkebutuhan Khsusus; Hj. Yani Meimulyani, Asep Tiswara, Penerbit Luxima metro media, Jakarta, 2013

No comments:

Post a Comment