Sebelum mempraktikkan formasi pada sebuah pertandingan, terlebih dahulu pelatih memastikan bahwa setiap pemain telah mendapat penjelasan mendetail mengenai penerapan suatu formasi tersebut.
1. Formasi 2-2
Formasi ini tergolong formasi klasik dalam permainan futsal. Formasi ini sudah dikenal sejak 64 tahun yang lalu, dimana terdiri dari dua orang pemain yang bertugas di wilayah pertahanan serta dua orang pemain lainnya sebagai penyerang. Penerapan strategi ini sendiri senderung monoton. Sepanjang pertandingan, pelatih jarang mengkombinasikan formasi ini dengan formasi lainnya. Para pemain juga tidak leluasa untuk berganti posisi. Efektivitas pemakaian formasi ini bisa dipakai pada pertandingan eksebisi atau pertandingan resmi dimana pertandingan itu sendiri berjalan dalam tempo yang tidak terlalu cepat.
Berikut penjelasan praktiknya:
a. Dua pemain yang berada di posisi depan akan saling bantu. Mereka harus mengoordinasikan segala sesuatu, melakukan passing sekaligus terus bergerak untuk membongkar pertahanan lawan. Sedangkan dua pemain belakang akan bertugas mempertahankan daerah pertahanan dari serangan tim lawan sekaligus turut membantu memutar permainan.
b. Lakukan serangan frontal saat tim lawan yang tengah dihadapi memiliki kelemahan di sektor pertahanannya. Namun pastikan menguasai bola (melakukan ball position) saat keadaan kurang menguntngkan.
c. Kendati penerapannya sedikit monoton, baik dua pemain bertahan dan dua pemain depan sebetulnya bisa melakukan penyerangan dan bertahan secara bersama-sama. Dituntut kejelian pelatih untuk hal tersebut.
2. Formasi 4-0
Formasi ini sebetulnya adalah pengembangan dari formasi 1-2-1 atau formasi 3-1. Penyerang tengah menjadi pemain kunci dari formasi ini karena bertugas menyisir sayap kiri dan kanan, serta tengah dan belakang.
Formasi yang banyak digunakan oleh tim-tim futsal yang berasal dari Eropa ini menjadi formasi yang paling sulit ditembus oelh tim lawan. Selueuh pemain selain kiper, sepanjang pertandingan akan melakukan strategi menyerang dan bertahan secara bersama-sama serta konstan. Situasi ini akan memberikan tekanan tak henti kepada tim lawan.
Tim lawan akan kesulitan untuk mengantisipasi serangan yang datang dan akan kesulitan dalam menerapkan strategi bertahan untuk menutup celah serangan karena pertandingan dari menit pertama hingga menit akhir akan berjalan dalam tempo yang ketat dan rapat.
Berikut penjelasan praktiknya:
a. Setiap pemain bertanggung jawab mengawal setiap pergerakan pemain lawan. Satu pemain mengawasi ke mana pun pemain lawan bergerak.
b. Pada prakteknya, formasi ini digunakan untuk menghadapi lawan dengan kualitas yang sangat baik.
c. Masing-masing pemain membuka ruang permainan sekaligus menutup pergerakan lawan, baik saat ada bola atau tidak.
d. Pelatih menginstruksikan pemain untuk sementara memperlambat tempo permainan, namun kemudian melakukan serangan frontal yang bisa membuat tim lawan tidak punya waktu untuk mengantisipasi.
e. Pelatih harus melihat situasi yang berkembang selama pertandingan. Sistem man-to-man marking yang duterapkan dalam formasi membuat mayoritas pemain, baik dari tim sendriri maupun tim lawan, akan berfokus pada pergerakan pemain saja, sementara bola hanya dikuassai oleh satu atau dua pemain. Situasi ini menjadi sangat membosankan terutama bagi penonton.
3. Formasi 3-1
Fokus formasi ini lebuh ditekankan pada penyerangan. Satu pemain berposisi sebagai pemain belakang yang jarang meninggalkan area pertahanan. Dua pemain lainnya mengisi pos sayap sebagai gelandang dan satu penyerang tengah.
Berikut penjelasan praktiknya:
a. Pelatih menginstruksikan pemain untuk melakukan variasi serangan, bergerak sambil terus menguasai bola.
b. Penyerang tengah lebih banyak melakukan passing kepada pemain lainnya.
c. satu pemain bertahan dan dua pemain sayap akan terus bergerak saat penyerang tenag menguasai bola. Di antara pemain ini harus ada yang berani untuk membuka ruang di pertahanan tim lain. Sedangkan pemain lain bersiap menerima umpan dan mencetak gol.
Sumber: Buku Pintar Panduan Futsal; Muhammad Asriady Mulyono; penerbit laskar aksara; 2014; Jakarta
No comments:
Post a Comment