Artikel Terbaru

Wednesday, November 18, 2020

PERMASALAH GIZI DI INDONESIA

 Maslah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang, kelompok orang atau masyarakat sehingga akibat adanya ketidakseimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Ketidakseimbangan ini bisa mengakibatkan gizi kurang maupun gizi lebih.


Saat ini, kondisi gizi dunia menunjuka dua kondisi yang ekstrem. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan tinggi kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai kegemukan. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. 

Saat sebagian besar bangsa Indonesia masih menderita kekurangan gizi terutama pada ibu, bayi dan anak secara bersamaan timbul masalah gizi lain, yaitu gizi lebih yang berdampak pada obesitas. Hal ini akan menghambat laju pembangunan, karena status gizi suatu masyarakat berperan penting terhadap kualitas sumber daya manusia, dan daya saing bangsa. Kemiskinan menjadi faktor utama oenyebab kekurangan gizi.

Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dapat dipenuhi kecukupan gizi individu untuk tumbuh dan berkembang. Gizi pada ibu hamil sangat berperan pada perkembangan otak janin, sejak dari munggu keempat pembuahan sampai lahir hingga anak berusia 3 tahun (golden age).

A. Gizi Kurang

Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan menyebabkan rasa lapar kemudian dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun disertai dengan menurunnya produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan mnyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian.

Kekurangan gizi secara umum baik kurang secara kualitas dan kuantitas menyebabkan gangguan pada proses-proses tubuh seperti:

  • Gangguan pertumbuhan
  • Gangguan produksi kerja
  • Gangguan struktur dan fungsi otak.

Masalah gizi kurang dapat disebabkan:

a. Penyebab Langsung

Makanan dan penyakit dapat langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang cukup makanan tetapi sering menderita sakit, dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

b. Penyebab tidak langsung

  • Ketahanan pangan keluarga kurang memadai. Setiaap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
  • Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terdapat anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik secara fisik, mental maupun sosial.
  • Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air besih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi. Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan protein dalam makanan, gangguan penyerapan protein, kehilangan protein secara tidak normal, infeksi kronis ataupun karena pendarahan.

Marasmus


Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi "kurus" dan "emosional". Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.

Kwashiorkor-marasmik


Kwashiorkor-marasmik memerlihatkan gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor.

Program pemerintah untuk menanggulangi KEP diprioritaskan pada daerah-daerah miskin dengan sasaran utama ibu hamil, bayi, balita dan anak sekolah dasar. Program tersebut mencakup berbagai kegiatan seperti penyuluhan gizi, peningkatan pendapatan keluarga, peningkatan pelayanan kesehatan, KB-keluarga berencana. Adapun pemantauan tumbuh kembang anak diupayakan melalui keluarga, dasawisma dan posyandu.

B. Gizi Lebih

Seirng dengan perkembangan teknologi, termasuk teknologi pertanian, transportasi, dan informasi, terjadi juga perubahan aktivitas fisik dari pola aktivitas aktif menjadi pola aktivitas kurang aktif. Hal ini diikuti oleh transisi gizi yang ditandai dengan perubahan pola makan, taaraf aktivitas fisik, dan komposisi tubuh.

Pola makanan berubah menjadi fastfoof atau junkfood. Aktivitas fisik berubah dari aktivitas fisik menjadi kurang aktif akibat perubahan struktur pekerjaan dan waktu luang untuk menonton televisi.Dengan pola aktivitas yang semakin rendah mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk yang mengalami kelebihan gizi, berupa overweight dan obesitas.

Obesitas adalah penyakit gizi berupa akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan, aktifitas fisik yang rendah, gangguan psikologis, laju pertumbuhan yang sangat cepat, genetik atau faktor keturunan juga gangguan hormon.

Obesitas biasanya disebabkan oleh masukan energi yang melebihi kebutuhan tubuh dan biasanya disertai kurangnya aktivitas jasmani. Ciri-ciri obesitas adalah sebagi berikut: lebih berat dan lebih tinggi dari anak seusianya, hidung dan mulat relatif kecil dengan dagu yang berbentuk ganda, perut cenderung membuncit, karena malu, sering malas untuk bergaul dan bermain dengan temannya.



Sumber: Dewi Cakrawati dan Mustika NH, 2011, Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan, Alfabeta, Bandung.

No comments:

Post a Comment